Inilah Ragam Baju Adat Sumbawa yang Perlu Dilestarikan

Ditulis oleh Siti Hasanah

Baju adat merupakan bagian dari kebudayaan khas yang dimiliki oleh suatu suku. Baju adat bagi suatu kaum dianggap sebagai identitas dan penanda status sosial di setiap suku. Suku Sumbawa yang merupakan salah satu suku terbesar yang mendiami wilayah tengah Indonesia ini mempunyai baju adat yang sangat menarik. 

Baju adat Sumbawa mendapat pengaruh dari baju Bodo milik suku Bugis Makassar yang sempat mendiami wilayah Sumbawa Barat. Hiasan dan sarung tenun pada baju adat Sumbawa memiliki kemiripan. Hanya saja sarung tenun yang dipakai oleh masyarakat Sumbawa memakai sarung tenun khas Sumbawa kre’sesek.

Inilah ragam baju adat sumbawa yang wajib kita ketahui dan lestarikan. Simak selengkapnya berikut ini ya!

Ragam Kebudayaan Sumbawa 

Ragam Kebudayaan Sumbawa 

*

Suku Sumbawa merupaka suku yang mendiami bagian barat dan tengah pulau Sumbawa di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah populasi di Sumbawa mencapai 500.000 orang.

Suku Sumbawa sendiri telah mengalami akulturasi sebagai dampak dari banyaknya suku pendatang yang menetap di Sumbawa. Suku-suku pendatang ini berasal dari suku Jawa, Cina, Arab dan suku-suku lain seperti Sumatera dan Kalimantan.

Suku yang telah bercampur ini mendiami wilayah-wilayah dataran rendah dan daerah pesisir pulau Sumbawa. Sementara suku asli Sumbawa mendiami dataran tinggi pegununan seperti daerah Dodo, Labangkar dan Tepal. 

Sistem kekerabatan yang dianut di Sumbawa adalah bilateral, yakni sistem penarikan garis keturunan dari nenek moyang laki-laki dan perempuan. Dalam sistem kekerabatan ini, klasifikasi dari pihak ayah dan ibu menjadi satu istilah yang sama. 

Hal ini terlihat pada penyebutan “eaq” kepada saudara tua ayah atau ibu dan “nde” kepada yang lebih muda dari ayah atau ibu. Percampuran suku dan kebudayaan yang ada di Sumbawa menghasilkan penyesuaian kebudayaan. Hal ini tercermin di beberapa tradisi dan adat di Sumbawa, misalnya saja pada upacara adat perkawinan.

Tata cara perkawinan yang dilakukan di Sumbawa hampir mirip dengan tata cara perkawinan adat Bugis-Makassar. Kompleks dan terdiri dari beberapa tahap. Perkawinan adat Sumbawa diawali dengan bakatoan, basaputis, nyorong dan upacara barodak rapancar

Bakatoan adalah tahap melamar di mana pihak perempuan didatangi oleh pihak laki-laki calon suami. Sedangkan basaputis adalah kesepakatan mengenai besar kecilnya biaya pernikahan dan mahar untuk keperluan pernikahan. 

Nyorong adalah upacara adat yang dihelat sebelum resepsi pernikahan, dan terakhir yang ada upacara barodak yang diselenggarakan pada malam menjelang kedua calon pengantin dinikahkan mengandung unsur-unsur ritual ruwatan dan midodareni dalam tradisi Jawa. 

Kemiripan tradisi dan adat Sumbawa lainnya tercermin dalam baju adat Sumbawa. Yang paling mirip adalah pada baju adat pengantin Sumbawa yang dikenakan oleh pengantin perempuan. 

Bagian-Bagian Baju Adat Sumbawa

Bagian-Bagian Baju Adat Sumbawa

Secara umum baju adat Sumbawa terdiri dari baju atasan dan bawahan berupa rok bagi perempuan dan celana atau seluar bagi laki-laki sertas sarung tenun atau songket.

Suku Sumbawa terkenal dengan kain songket yang mempunyai corak khas. Kain songket Sumbawa menggunakan benang emas dan perak serta benang katun. Kain songket khas Sumbawa yang disulam dengan benang emas dan perak disebut selungka.

Ada pula kain yang bermotif kotak-kota yang disebut dengan kain Mbalipida. Ciri khas dari stilasi motif kain songket untuk laki-laki dan perempuan berbeda. Motif corak bagi perempuan biasanya berupa bunga, tetumbuhan atau daun. Sementara untuk laki-laki motif yang digunakan berupa gambar hewan. 

Baju Adat Sumbawa Untuk Perempuan

Baju Adat Sumbawa Untuk Perempuan

*

Sementara baju adat Sumbawa untuk perempuan disebut Lamung Pene. Baju Lamung terdiri dari kebaya berlengan pendek yang terbuat dari kain halus. Lamung Pene dihiasi sulaman benang emas yang berbentuk bunga.

Bagian bawah baju adat Sumbawa untuk perempuan menggunakan rok panjang yang bermotif kotak-kotak. Kain songket ini panjangnya sebatas mata kaki. Pending (ikat pinggang) dipakai sebagai pemanis sekaligus menjaga agar kain tidak terlepas. 

Untuk mempercantik penampilan, para wanita suku Sumbawa memakai gelang atau ponto. Lalu, Bagian kepala dihiasi dengan kembang goyang. Perhiasan lain seperti kalung dan sapu tangan yang disebut kida sanging

Sapu tangan biasa disampirkan pada bahu kiri. Anting-anting atau bengkor troweh dipakai agar bagian kepala terlihat lebih menarik. Bagi para gadis yang belum menikah pakaian ini dilengkapi dengan kerundung. 

Baju Adat Pengantin Sumbawa Untuk Laki-laki 

Baju Adat Pengantin Sumbawa Untuk Laki-laki 

Suku Sumbawa disebut juga dengan Samawa. Mereka mendiami wilayah tengah dan barat dari pulau Sumbawa. Suku Sumbawa sendiri sering menyebut suku mereka dengan sebutan Tau Sumbawa. 

Baju adat Tau Sumbawa untuk berkegiatan sehari-hari upacara khusus tidak sama. Hal ini disebabkan karena pakaian khusus yang digunakan sebagai busana pengantin mempunyai simbol dan makna istimewa.

Pengantin Sumbawa laki-laki mengenakan baju ada yang disebut dengan Gadu. Baju Gadu adalah baju berwarna hitam berlengan panjang yang dihiasi cepa (bunga) emas. Setelah memakai baju Gadu, pengantin laki-laki mengenakan selempang kain berwarna merah. 

Selempang kain atau yang biasa di sebut dengan simbangan ini disilangkan di atas baju Gadu. Pada baju Gadu terdapat hiasan sulaman berbentuk bunga yang terbuat dari benang emas dan perak.

Bagian bawahan baju ini memakai seluar (celana panjang ) yang diberi hiasan di bagian tepinya. Celana yang melengkapi baju Gadu diberi aksesoris berupa rok pendek yang juga terbuat dari kain bersulamkan benang emas. 

Laki-laki Sumbawa memakai kain penutup kepala yang disebut pasigar. Pasigar adalah mahkota yang terbuat dari kain khas Sumbawa. Mahkota kain ini dibuat dengan cara melipat-lipat kain dan dibentuk kipas serta diberi hiasan cepa emas. 

Baju Adat Pengantin Perempuan Sumbawa 

Pengantin wanita suku Sumbawa memakai kain atasan Lamung (baju) berlengan pendek yang mirip dengan baju Bodo dari Sulawesi. Baju tersebut terbuat dari kain halus yang dihiasi dengan sulaman benang emas berbentuk cepa (bunga). 

Sulaman cepa pada baju pengantin wanita Sumbawa tersebar di seluruh atasan baju. Lalu, baju pengantin wanita diberi sapu tangan yang diberi motif dedaunan dari benang emas atau perak. Sapu tangan yang biasa disampirkan di bahu ini diberi sulaman motif yang sama.  

Bawahan baju ini memakai rok panjang yang disebut dengan tope belo. Ada juga rok panjang yang disebut Tembe Lompa, yakni kain sarung yang bermotif kotak-kotak. Kain sarung ini panjangnya sebatas mata kaki. 

Bawahan rok panjang pada baju Lamung Pene dilengkapi dengan rok pendek, sama seperti rok pendek pada baju Gadu. Rok pendek pada baju Lamung disebut dengan tope bene. Tope bene dihiasi dengan dengan sulaman berbentuk bunga. 

 Sekiranya itu lah gambaran baju adat Sumbawa yang tak bisa dilepaskan dari pengaruh akulturasi yang berlangsung sejak beradab-abad yang lalu. Akulturasi yang terjadi di pulau yang terkenal dengan kuda liarnya ini tidak membuat kebudayaan asli Sumbawa hilang. Sebaliknya, ia tetap ada namun lebih kaya. 

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram