Wisata Kuliner Berburu Ramen Halal dan Sedap di Jepang

Ditulis oleh Siti Hasanah

“Pokoknya kalau ke Jepang Aku harus makan ramen!” 

Siapa sih yang tidak kenal ramen, makanan super populer yang berasal dari negeri matahari terbit? Di Indonesia pun kini  kedai–kedai ramen tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Tak hanya di kota besar, bahkan di kota–kota kecil pun kita sudah bisa menjumpai penampakan kedai ramen. Tak percaya? Di tempat asalku yang sangat jauh dari pusat kota, kini sudah bermunculan kedai ramen.

Yang membuatku penasaran tentang ramen adalah rasanya. Karena belum pernah mencoba ramen di Jepang, jadi aku penasaran dengan rasa asli ramen. Sebenarnya rasa ramen itu seperti apa? Lalu, apa yang membuat ramen Jepang spesial sehingga digemari banyak orang? Nah, simak ulasan selengkapnya dari Keluyuranyuk!

Mengenal Sejarah Ramen

Mengenal Sejarah Ramen

*

Sebenarnya ramen itu asli Jepang bukah, sih? Bagi kamu yang penasaran, berikut quick-fact tentang ramen. Meskipun ramen terkenal sebagai makanan Jepang, faktanya ramen bukan berasal dari Jepang. Negara asal ramen adalah Cina. Istilah di Cina untuk ramen itu “la mian” (拉 麺) yang artinya “mie buatan tangan”. Istilah lainnya “lao mian” (老 麺) yang secara harfiahnya berarti "mie kuno."

Istilah lain untuk ramen adalah shina soba (支那 そ ば) dan yang lebih umum adalah chūka soba (中華 そ ば) yang artinya adalah mie Cina. Ramen menyebar ke negara Jepang di akhir era Meiji (1868-1912) ketika pemerintah Jepang membuka pelabuhan untuk pelatihan. Toko Ramen pertama dibuka di Tokyo. Pemilik restoran tersebut membawa 12 orang koki China dari pecinan di Yokohama.

Bahan Ramen

Bahan Ramen

*

Yang menjadi bahan utama ramen adalah tepung terigu dan kaldu. Mie untuk ramen biasanya terbuat dari tepung terigu, garam, air, dan kansui (sejenis air mineral). Sementara, bahan untuk sup biasanya dibuat dari kaldu ayam atau babi. Bahan ramen yang umum digunakan, yaitu jamur shiitake, kombu (kelp), katsuobushi (cakalang tuna), tulang sapi, niboshi (sarden bayi kering), dan bawang.

Kecap aso dan miso digunakan untuk memberikan rasa pada ramen. Berbagai jenis bahan bisa digunakan untuk topping, di antaranya daun bawang, daging babi iris, nori, telur rebus, jagung, dan lain sebagainya.

Jenis-Jenis Ramen

Jenis-Jenis Ramen

*

  • Tokyo dan Sukemen dari wilayah Tokyo
  • Sapporo, Hakodate, dan Asahiwaka dari wilayah Hokaido
  • Kitakata dari wilayah Fukushima
  • Hakata dari wilayah Fukuoka
  • Chuka Soba dari wilayah Wakayama
  • Takayama dari wilayah Kyoto
  • Onomici dari wilayah Hiroshima

Ramen … Aku Datang!

Kesempatan itu akhirnya datang juga, kesempatanku untuk mencicipi ramen Jepang yang dibuat di Jepang. Aku mendapatkan alasan untuk pergi ke Jepang karena adik yang sedang kuliah di Osaka akan diwisuda.

Setelah meminta izin dari bos, lalu sibuk mencari tiket murah, dan yang paling horror, visa,  akhirnya aku bisa tersenyum bahagia karena sekarang sudah sah diperbolehkan menjejakkan kaki di negeri Sakura. Waktunya mencicipi ramen asli telah tiba. Japan, here I come! Ramen, aku datang!

1. Ayam-Ya?

Ayam-Ya

Seperti mimpi, akhirnya aku sampai juga di Jepang. Waktunya menjalankan misi, aku harus mencicipi ramen. Tapi, bukan sembarang ramen yang ingin aku cicipi. Jepang sudah dikenal ramah terhadap traveler Muslim. Mereka sudah mengenal makanan halal. Maka, yang aku buru adalah ramen halal. Perburuan dimulai dari kota tempat adikku tinggal, Osaka.

Ayam-Ya, namanya sedikit unik, tapi itulah nama restoran ramen halal yang di kota Osaka. Tempatnya tidak terlalu besar, hanya cukup untuk dua meja besar. Ayam-ya letaknya di Nipponbashi. Di daerah ini kamu bisa melihat toko – toko yang menjual barang – barang berbau anime. Gambar tokoh – tokoh anime pun terpampang besar di depan gedung – gedung.

Oh iya, sebelum duduk, pastikan kamu sudah memilih menu dan membayarnya. Ada ticket vender yang letaknya tepat di samping pintu masuk. Jadi begitu kita buka pintu, mesin itu akan langsung terlihat. Tak usah bingung soal harga, semua sudah lengkap tertulis di menu. Hari itu aku memilih Tori Ramen Shoyu. Harganya 780 yen, hampir 100.000 rupiah dihitung memakai kurs hari ini.

Hmm … 100 ribu untuk semangkuk mie? Bagi aku yang suka hidup hemat, lumayan mahal sih, semangkok 100 ribu. Tapi…apa sih yang tidak mahal di Jepang? Ada sih, toilet. Toilet gratis alias tak bayar. Adiku memilih menu ramen pedas. Ngomong–ngomong, ada hal lucu terjadi saat itu. Ternyata, pelayan yang bekerja di tempat itu adalah adik kelas adiku. Dunia ternyata begitu sempit.

Hari itu restoran penuh. Tampak beberapa orang pengunjung sedang menikmati ramen. Dari penampilannya sih seperti orang Indonesia, tapi dari logat bicaranya sudah jelas mereka berasal dari negeri tetangga, alias Malaysia.

Pesananku akhirnya datang. Huaaaa! Harum kuahnya begitu menggugah selera, air liur sudah menari-nari. Penampilannya juga begitu menggoda. Langsung aku tes rasa kuahnya. Ya, ampuuun! Enak seenak–enaknya. Tak bisa dijelaskan rasa enaknya. Kuah ayamnya begitu gurih. Mienya juga terasa lembut.

Saking enaknya, badanku tak henti-hentinya bergoyang-goyang ke kanan dan kiri karena tak tahan digoda oleh kelezatan ramen ini. Pokoknya uang 100 ribu itu tak sia-sia. Aku langsung sampaikan pujianku pada Chef-nya. Dia serentak membungkukkan badannya seraya mengucap terima kasih.

Tak perlu waktu lama untuk menghabiskan semangkuk ramen shoyu yang ada di hadapanku. Apalagi rasanya enak sekali dan aku lapar. Soal rasa, aku jamin bukan karena aku lapar ramen jadi terasa enak tapi memang benar–benar enak.

Penasaran, bagaimana cara chef membuat kuah ramen yang begitu enak. Aku terkejut sewaktu mendengar penjelasannya. Proses pengolahan ayam sebelum menjadi kuah yang lezat tiada tara ini memerlukan waktu tiga jam! Wow! Lama sekali.

Karena aku datang bertepatan dengan jam makan siang, yang juga bertepatan dengan waktu sholat Dzuhur maka begitu selesai makan, aku dan adiku langsung mencari tempat sholat. Untungnya, kita tak perlu pergi jauh. Restoran Ayam-Ya di Namba ini dilengkapi dengan mushola. Sangat membantu bagi mereka yang perlu menunaikan ibadah sholat.

Mushola kecil itu terletak di lantai dua. Kalau tidak salah mukena juga sudah tersedia. Pokoknya restoran Ayam-Ya sangat direkomendasikan untuk dikunjungi.

2. Perburuan Kedua, Kyoto

Perburuan Kedua, Kyoto

Restoran ramen halal yang lain yang aku kunjungi adalah Halal Ramen Naritaya di Gion, Kyoto. Sama seperti Ayam-Ya, restoran ini ukurannya tidak terlalu besar. Tidak banyak kursi duduk yang tersedia. Pengunjung restoran hari itu tidak terlalu banyak. Seperti biasa selalu ada penduduk dari negeri Jiran yang datang sebagai pengunjung restoran.

Dari gambar yang tertera di menu, ramen di sini kuahnya lebih tipis dan lebih bening, berbeda dengan kuah ramen Ayam-Ya. Soal rasa, sama enaknya tapi aku lebih suka kuah Ayam-Ya. Menu yang aku pilih hari itu Shoyu Ramen. Harganya 700 yen. Ya, masih sekitar 100 ribuan. Jika kamu vegetarian, kamu bisa meminta menu vegetarian kepada pelayan.

Halal Ramen Naritaya

Seperti Ayam-Ya, di Naritaya juga tersedia mushola. Mereka benar – benar memperhatikan kebutuhan umat Islam yang berkunjung ke restoran tersebut. Aku, adikku dan muridku menyempatkan diri untuk melakukan sholat Dzuhur di sini sebelum kembali berjalan–jalan lagi menelusuri kota Kyoto.

Keinginanku untuk bisa mencicipi ramen di Jepang akhirnya terkabul juga. Mission accomplished! Jadi, jika kamu sedang berada di daerah Osaka atau Kyoto dan ingin mencicipi ramen halal, cobalah berkunjung ke Ayam-Ya atau Naritaya. Yuk, kunjungi artikel daftar harga makanan di Jepang ini sebagai panduan kuliner saat di negeri sakura.

Kategori:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram