6 Fakta tentang Kimono dari Sejarah Hingga Jenisnya

Ditulis oleh Siti Hasanah

Banyak orang sudah mengenal kimono sebagai pakaian khas Jepang. Pakaian ini dianggap sebagai pakaian nasional. Kimono mengandung budaya Jepang yang kental.

Walaupun Jepang sering mengalami gempa bumi tapi memiliki kekayaan alam yang mengubah penampilannya di tiap musim. Rasa keindahan itu diekspresikan dalam berbagai hal termasuk dalam desain kimono.

Jika berkunjung ke Kyoto, kamu akan melihat banyak wisatawan berjalan-jalan mengenakan kimono. Kalau kamu ingin memiliki kimono dan tertarik untuk mengenakannya saat jalan-jalan ke Jepang nanti, pertama-tama ketahui dahulu fakta tentang kimono berikut ini.

Baca juga: Inilah 8 Fakta Upacara Minum Teh di Jepang yang Mendunia

1. Sejarah Perkembangan Kimono

Yang membawa pakaian bergaya kimono pertama ke Jepang adalah para pengunjung dari Tiongkok yang datang pada periode Kofun. Pakaian yang didesain menutup seluruh tubuh ini memiliki lengan panjang berbentuk segitiga. Untuk bagian luarnya ditutup dengan Jaket dan rok atau celana panjang.

Selanjutnya pada periode Heian, pakaian ini berubah jadi lebih mirip dengan kimono modern. Bentuk bajunya jadi lebih mirip persegi panjang dengan lengan yang berbentuk persegi, bukan lagi segitiga.

Sementara itu, penduduk biasa memakai pakaian yang disebut kosode, yang artinya "lengan pendek". Kosode terlihat seperti kimono modern, dengan bagian badan yang lebih lebar dan bagian lengan yang lebih kecil.

Sementara itu overlap di bagian depan jubah terlihat lebih panjang, kerahnya lebih lebar, dan jubahnya juga lebih pendek.

Para bangsawan juga memakai kosode, tapi mereka memakai beberapa lapis pakaian lagi di bagian luarnya. Wanita bangsawan mengenakan baju yang dinamakan jūni hitoe, yang artinya "dua belas lapis" meskipun jumlah jubahnya bervariasi.

Para bangsawan pria memakai jaket berleher bulat dengan lengan yang lebar dan panjang serta celana hakama. Pakaian tersebut mereka kenakan bersama dengan topi kecil, yang biasanya berwarna hitam. Pada periode Muromachi, wanita dan pria mulai menggunakan kosode saja atau bersama dengan dua atau tiga lapis pakaian lain serta ikat pinggang kecil dan tipis yang dinamakan obi.

Sementara itu para wanita mengenakan kosode dengan celana hakama warna merah. Untuk wanita muda, bagian lengan kimononya menjadi lebih panjang dan kosode-nya juga jadi lebih panjang. Gaya kimono ini dimulai pada zaman Edo.

Kimono akan terlihat menjuntai dan terseret di belakang ketika berada di dalam ruangan. Namun pakaian itu harus ditarik ke atas saat keluar rumah agar tidak menjadi kotor.

Maka para wanita pun mulai menyelipkan sebagian dari kimono mereka yang panjang ke dalam lipatan pinggul, yang kemudian dikenal sebagai ohashori. Para wanita sekarang masih mengenakan kimono dengan ohashori.

Dengan berjalannya waktu, kimono yang sangat panjang dan obi yang sangat lebar jadi ketinggalan zaman. Pada masa Perang Dunia Kedua, lengan kimono yang panjang dibuat lebih pendek karena dianggap sebagai pemborosan.

Mode kimono dengan lengan lebih pendek ini bertahan sampai sekarang dan hingga saat ini kimono modern yang dikenakan oleh para wanita lengannya masih lebih pendek dibandingkan kimono yang dikenakan sebelum perang. Kimono zaman dulu, khususnya yang berasal dari periode Taish, terkadang masih dilengkapi dengan lengan yang lebih panjang.

2. Arti Warna dan Pola Kimono

Arti Warna dan Pola KimonoSumber: tofugu.com

Motif dan pola kimono mempunyai makna simbolis yang kebanyakan berkaitan dengan musim. Misalnya ranting bambu, krisan dan pinus, semuanya melambangkan musim dingin.

Bunga plum dan bunga sakura merupakan representasi musim semi.  Selain itu, ada juga representasi dan makna simbolis lainnya, yaitu:

  • Segi enam dan burung bangau simbol untuk panjang umur
  • Burung merak dan bunga wisteria simbol untuk cinta
  • Kipas untuk pernikahan
  • Drum Taiko untuk kegembiraan
  • Bunga Paulownia untuk perempuan
  • Lingkaran yang tumpang tindih berarti 7 permata Buddhisme
  • Berlian yang menyambung yaitu daun rami yang tumbuh cepat, yang digunakan khususnya untuk kimono anak-anak.

Burung bangau khususnya dikenakan pada kimono pernikahan karena melambangkan kesetiaan, nasib baik, dan umur panjang. Referensi kesetiaan ini berasal dari fakta bahwa bangau secara alami adalah makhluk monogami.

Bisa dikatakan bunga krisan adalah bunga yang paling umum dan juga merupakan simbol dari keluarga kekaisaran. Selain motif, warna kimono juga mempunyai arti.

  • Biru berarti langit dan laut
  • Merah artinya mengusir roh jahat
  • Merah muda artinya masa muda dan musim semi
  • Ungu berarti bangsawan dan musim panen

Warna-warna pastel khususnya untuk musim panas, sedangkan warna-warna gelap dikenakan saat musim dingin. Sementara itu warna-warna cerah melambangkan musim semi. Kimono untuk wanita yang lebih tua mempunyai warna yang cukup sederhana dengan sedikit atau tanpa motif.

3. Kimono Dibuat dari Satu Gulungan Kain

Kimono dibuat dari satu gulungan kain

Kimono dibuat menggunakan 8 potong kain dengan bentuk persegi panjang yang dipotong dari satu gulungan kain yang dinamakan tanmono.

Tanmono adalah gulungan kain untuk membuat kimono. Panjang dan lebarnya berubah menurut jenis kimono. Biasanya tanmono memiliki lebar sekitar 36cm dan panjang sekitar 12m dan terkadang disebut 'Sanjoumono'.

Tanmono dibagi jadi 8 bagian yaitu 2 lengan, 2 bagian tangan kiri dan kanan, 2 gusset (kain tambahan mirip belah ketupat yang digunakan pada lipatan-lipatan pakaian) kerah dan bagian kerah yang bisa digonta-ganti.

Kimono memiliki tiga bagian penting. Di bagian dalam kimono, biasanya orang akan mengenakan lapisan dalam yang tipis yang disebut dengan nagajuban.

Kimono dan lapisan dalamnya kemudian diikat menggunakan sabuk lebar yang dinamakan obi. Saat mengenakan kimono, selalu balutkan bagian tubuh sisi kiri di atas bagian kanan.

Satu-satunya pengecualian adalah ketika mendandani orang yang meninggal untuk penguburan, sisi kanan kimono diletakkan di atas bagian kiri. Melakukan kesalahan ini dianggap sebagai kesialan. Penggunanya akan terlihat seperti orang mati berjalan.

4. Yukata vs Kimono

Yukata vs KimonoSumber: japantimes.co.jp

Yukata merupakan salah satu kategori dari kimono. Jenis kimono ini merupakan kimono berbahan katun Jepang yang dipakai saat musim panas. Yukata dikenakan baik oleh pria maupun wanita Jepang. Asal kata yukata dari yu yang artinya mandi dan katabira yang artinya pakaian dalam.

Di zaman dulu, para bangsawan istana memakai yukatabira, yaitu kimono yang terbuat dari linen. yukatabira kemudian dikenakan oleh prajurit Jepang.

Akhirnya kimono pun dikenal oleh masyarakat luas. Sekarang, yukata Jepang banyak dipakai untuk acara seperti festival, ryokan, dipakai saat musim panas dan pakaian saat malam hari.

Yukata saat ini menjadi pakaian sehari-hari paling populer di Jepang. Pakaian ini banyak disukai karena bahannya menggunakan kain katun yang ringan. Desain kain bervariasi dari pola asli berupa silang konvensional sampai desain pemandangan yang lebih berwarna.

Baca Juga: Masih Suka Tertukar? Inilah Perbedaan Yukata dan Kimono

5. Aksesoris untuk Kimono

Umumnya kimono dilengkapi dengan beberapa aksesoris yang menambah keanggunannya. Ketika mengenakan kimono, ada beberapa aksesoris yang bisa dikenakan, yaitu sandal geta yang terbuat dari kayu atau sandal zori yang memperlihatkan tabi atau kaus kaki split-toe.

Namun, yang menjadi highlight dari pakaian kimono adalah obi. Obi bisa sesederhana ataupun serumit kimono. Tampilan kimono bisa berbeda tergantung pada cara mengikat obi. Desain musubi atau simpul bisa menunjukkan siapa pemakainya, yaitu lajang atau yang sudah menikah.

Wanita yang sudah menikah mengenakan simpul sederhana, sedangkan wanita lajang muda sering mengenakan simpul yang rumit. Sementara itu maiko atau geisha magang memakai obi yang cantik dan menjuntai panjang ke bawah.

5. Jenis Kimono

Terdapat beberapa jenis kimono. Yukata merupakan jenis kimono yang paling tidak formal. Kimono jenis ini dikenakan oleh pria dan wanita di musim panas, festival dan di pemandian serta di penginapan.

Yukata tidak memiliki pakaian lapis dan selalu terbuat dari bahan katun serta dikenakan dengan obi tipis berwarna cerah. Kimono sutra halus dikenakan oleh pria untuk acara formal lengkap dengan haori (jaket kimono) serta hakama (celana longgar). Biasanya hakama bergaris putih dan hitam. Kimono dan haori memiliki warna yang serasi.

Wanita mempunyai sejumlah jenis kimono yang berbeda untuk berbagai acara formal. Desain pada kimono, cara mengenakannya, dan di bagian mana lapisan pakaian itu dikenakan dalam kimono, semuanya mengubah penampilan akhir dari kimono tersebut. Ini adalah beberapa jenis kimono, yaitu:

  • Komon
  • Edo komon
  • Iromuji
  • Tsukesage
  • Hōmongi
  • Irotomesode
  • Kurotomesode
  • Furisode

6. Material Bahan untuk Membuat Kimono

Kain yang paling populer digunakan untuk membuat kimono adalah sutra, linen, wol, rayon, katun, poliester, atau bahkan campuran poliester.

  • Sutra: Kilau serta keanggunan kain sutra terlihat indah. Selain itu, kain ini memiliki fitur yang nyaman untuk tubuh dan untuk bergerak. Namun, ada kelemahan dari sutra yaitu mudah rusak dan tak tahan terhadap kelembaban.
  • Katun: Katun merupakan kain standar yang digunakan untuk membuat kimono yang dikenakan sehari-hari. Selain itu, katun juga tahan lama dan kuat ketika dicuci. Kainnya juga breathable dan memiliki daya serap keringat yang baik. Sayangnya, katun mudah menyusut juga keriput. Dibutuhkan perawatan karena kain katun rentan menguning bila terkena sinar matahari.
  • Rami: Kain rami memiliki ventilasi sangat baik, tetapi dalam pewarnaan mutunya rendah dan mudah kehilangan warna. Selain itu, kain ini tidak elastis dan mudah kusut.
  • Rami kapas: Kapas rami adalah kain tenun silang antara kapas dan rami. Campuran kapas dan rami menghasilkan jenis kain yang tidak mudah berkerut dan memiliki higroskopisitas atau daya serap yang bagus sehingga terasa enak dan mudah dipakai.
  • Wol: Serat wol yang ditutupi oleh sisik kutikula sehingga lebih hangat dibandingkan kain lain. Kekurangannya yaitu memiliki daya tahan yang kurang bagus dan rentan terhadap serangga.
  • Poliester: Dibandingkan kimono berbahan yang lain, kimono berbahan poliester lebih murah harganya. Selain itu, perawatannya juga cukup mudah, seperti dalam hal mencuci. Namun retensi panas bahan poliester ini relatif rendah dan daya serapnya juga buruk.

Kimono merupakan pakaian yang sudah tidak asing lagi. Ternyata berdasarkan sejarahnya pakaian ini berasal dari Cina. Tak hanya jadi pakaian tradisional, kimono sudah dimodifikasi menjadi pakaian sehari-hari, misalnya pakaian tidur atau pakaian yang dikenakan dalam aktivitas sehari-hari.

Seperti halnya pakaian adat di Indonesia, penggunaan kimono juga bermacam-macam, ada untuk festival, upacara tertentu atau pernikahan. Apakah kamu tertarik untuk mengoleksi kimono?

Kategori:
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram