Inilah Makanan Khas Suku Asmat yang Menarik untuk Dicoba

Ditulis oleh Syuri

Papua, di tanah tersebut ada banyak sekali suku yang mendiaminya. Namun, ada satu suku yang paling terkenal hingga ke telinga wisatawan internasional. yaitu Suku Asmat. Tahukah kamu, suku Asmat merupakan suku terbesar yang mendiami Papua, lebih tepatnya di Papua Barat? Keberadaan suku ini sudah diketahui oleh dunia sejak tahun 1904.

Sama seperti suku lainnya, orang-orang Asmat memiliki tradisi yang kuat. Mereka sangat dekat dengan alam, tak bisa hidup tanpa alam, begitu pula alam pun tak bisa hidup tanpa mereka. Suku ini sangat besar dengan jumlah kepala yang cukup banyak, hingga populasinya terbagi dua, yang satu di Jayawijaya dan satunya lagi di pesisir Arafuru.

Mata pencaharian masyarakat Suku Asmat yang tinggal jauh di dalam hutan tentu tidak jauh dari berburu dan bercocok tanam, dengan cara tradisional juga sederhana. Mereka juga memelihara ayam dan babi sebagai hewan ternak, walaupun babi dinilai sangat tinggi dan tidak biasa dimakan setiap hari, hanya hari khusus saja.

Sedangkan, masyarakat Suku Asmat yang tinggal di pesisir pantai tentunya berprofesi sebagai nelayan. Mereka pun makan ikan dan udang untuk energi sehari-hari, sesuai dengan apa yang mereka tangkap di lautan. Nah, Keluyuran telah mengumpulkan beberapa makanan khas Suku Asmat yang populer dan yang mungkin baru kamu tahu. Check it out..!

1. Sagu Lempeng

*

Di Tanah Papua orang-orang memang jarang makan nasi, mereka lebih terbiasa makan sagu. Dan, nggak cuma dijadikan papeda saja, sagu juga bisa dimanfaatkan untuk membuat berbagai makanan, seperti camilan 'roti' yang bernama sagu lempeng ini.

Makanan ini berupa camilan, guys, buat dinikmati kalau lagi santai, kumpul-kumpul, sambil minum teh atau kopi. Kamu bisa dengan mudah menemukan sagu lempeng di seluruh penjuru kota maupun desa di Papua.

Lalu, bagaimana cita rasa sagu lempeng? Sebenarnya makanan ini tawar, sangat keras, dan enak. Tapi, itu dulu. Sekarang sagu lempeng ada banyak variasinya, seperti rasa manis dari gula alami misalnya. Karena teksturnya yang keras, paling enak nyelupin dulu sagu lempeng ke minuman sebelum dimakan.

Cara membuat sagu lempeng sangat mudah, sama seperti ketika membuat roti, sagunya dicetak, dibakar, dan nanti dipotong-potong sesuai selera (walaupun biasanya berbentuk kotak). Kalau sagu lempeng yang berbentuk kotak biasanya lebih berdimensi dan seperti ada isiannya gitu, kalau yang segitiga ini meman glebih tipis jatuhnya. Either way, dua-duanya enak, kok.

2. Aunu Senebre

Makanan khas lainnya adalah Aunu Senebre. Makanan tradisional ini bentuknya seperti bulir nasi, atau butiran daging kelapa, tapi ada titik hitamnya dari apa ya kira-kira? Nggak perlu menerka-nerka, kita bakal kenalan, kok, dengan makanan yang menarik perhatian ini.

Aunu Senebre adalah olahan ikan teri nasi (bentuknya sangat kecil seperti butiran nasi). Nah, ikan terinya digoreng lalu ditambahkan irisan daun talas dan kelapa parut, lalu dikukus semuanya. Rasanya? Lezat, gurih, enak banget pokoknya. Bagaimana rasanya daun talas? Ternyata penambahan daun talas lah yang membuat makanan ini jadi makin gurih. Jadi, tenang saja, rasanya enak.

Nggak percaya? Kalau begitu, kenapa Aunu Senebre bisa mendapatkan nominasi Makanan Tradisional Terpopuler dari Anugerah Pesona Indonesia (API) II 2017? Orang-orang Papua memakan Aunu Senebre dengan papeda atau umbi-umbian, tapi kalau kamu yang orang luar Papua bisa juga makan pakai nasi putih hangat, yum!

Nggak perlu jauh-jauh ke Papua, banyak resep Aunu Senebre berkeliaran di internet. Tapi, kalau kamu mau merasakan sensasi Aunu Senebre yang autentik ya melancong lah ke Papua.

3. Ulat Sagu

*

Sudah diketahui khalayak umum kalau orang Papua terbiasa mengonsumsi ulat sagu. Jadi, orang sana sangat menghormati alam, sehingga mereka memanfaatkan semua yang sudah tersedia. Sagunya dijadikan karbohidrat, ulat sagunya dijadikan protein, sempurna.

Sago grub, alias ulat sagu, mungkin dianggap oleh sebagian besar orang di seluruh dunia sebagai yang disebut 'makanan ekstrim'. Tapi, ini makanan yang biasa buat Suku Asmat dan seluruh suku lainnya di Papua.

Ulat sagu sebenarnya larva kumbang besar yang bernama kumbang sagu. Jadi, mereka termasuk kategori serangga. Bagi rakyat Papua, mengonsumsi ulat sagu merupakan salah satu cara merayakan kesuburan dan kemakmuran alam.

Menurut yang sudah biasa mengonsumsinya, rasa ulat ini enak (sudah ada rasa asin natural). Itulah kenapa kadang orang Papua bisa menikmati ulat sagu tanpa harus memasaknya. Kalau dimasak—katanya—ulat sagu memiliki rasa seperti bacon atau daging hewan yang berlemak pada umumnya.

Dibalik badannya yang gemuk dan kenyal, serta gerakannya yang menggeliat-geliat, ulat sagu sangat menyehatkan. Contoh kecilnya, ulat sagu memiliki kandungan protein lebih tinggi dari telur ayam, juga bebas kolesterol jahat.

Memanen ulat sagu luar biasa sulit dan memakan waktu, loh! Penduduk menebang pohon sagu, dan itu pun bukan tugas pekerjaan yang mudah. Lalu, mereka tinggalkan dan kembali ke pohon yang telah ditebang setelah 1-3 bulan untuk mengumpulkan larva kumbang (ulat sagu) yang telah menetas di batang pohon yang telah membusuk.

Membelah pohon yang sudah membusuk pun membutuhkan tenaga yang banyak dan berjam-jam usaha keras. Makanya, ulat sagu tidak hanya menjadi makanan sehari-hari tapi ada juga ritual yang dilakukan sebagian besar suku di Papua.

Pesta ulat sagu merupakan salah satu cara berterimakasih pada alam. Pesta ini diadakan setidaknya sekali selama hidup setiap generasi di suku tertentu. Walaupun begitu, satu pesta juga bisa melibatkan rangkaian acara yang berlangsung selama berbulan-bulan.

Tata acaranya biasanya suku tuan rumah mengundang banyak tamu (berdasarkan aturan hubungan silsilah yang rumit). Ritual ini sering kali melibatkan tarian, juga bertukar hadiah berharga seperti babi dan kerang.

4. Papeda

Sudah disebutkan di atas secara singkat, kalau orang Papua lebih suka makan papeda sebagai karbohidrat utama dibandingkan nasi. Kalau tidak papeda, pasti umbi-umbian seperti kentang atau ubi. Biasanya papeda ditemani dengan sup ikan kuning atau aunu senebre.

Tapi, bisa juga dipasangkan dengan lauk lainnya. Papeda itu semacam bubur sagu berwarna putih bening seperti lem. Rasanya? Tawar karena papeda biasa dimakan bersama lauk yang berbumbu kuat. Sama seperti ulat sagu, papeda yang berbahan dasar tepung sagu ini rendah kolesterol, bernutrisi, dan kaya serat.

Itulah beberapa makanan khas Suku Asmat yang bisa kamu coba. Sebenarnya ada makanan lainnya juga, seperti babi (kalau untuk sehari-hari biasanya babi hutan bukan babi ternak), ayam, ikan, dll. Pokoknya makanan orang-orang Asmat itu produk alami semua.

Mereka menangkap buaya? Ya, bisa untuk dikonsumsi. Ada kasuari (burung besar yang tak dapat terbang)? Bisa juga dijadikan santapan satu suku. Mereka selalu bersyukur dengan apa yang alam berikan dan memanfaatkannya semaksimal mungkin, sambil terus melestarikannya juga. Contohlah mereka dengan tidak menyia-nyiakan makanan, selalu bersyukur, dan bekerja keras, ya.

Kategori:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram