Yuk, Kita Belajar Tentang Pakaian Adat Orang Papua!

Ditulis oleh Syuri

Papua merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki keunikan budaya, seperti pakaian mereka, misalnya. Banyaknya suku di Papua membuat pakaian adatnya ikut beragam. Pakaian adat Papua terkenal dengan kesederhanaan karena terbuat dari bahan-bahan di alam sekitar mereka.

Biasanya, pakaian adat Papua terbuat dari daun kelapa atau serat alam lainnya dengan hiasan bulu burung. Meskipun tergolong pakaian adat, beberapa suku masih menggunakan pakaianĀ  ini dalam kegiatan sehari-hari. Tapi, ada juga yang hanya menggunakan pakaian adat saat ada upacara adat atau ketika ada pernikahan.

Apa saja hal-hal unik dari pakaian adat Papua? Kali ini Keluyuran akan membahas satu per satu hal-hal penting mengenai pakaian adat Papua, dari nama-nama pakaian, fungsi, dan filosofinya.

Nama-Nama Pakaian Adat Papua

Berhubung banyaknya suku di Papua, pakaian adat Papua pun jadi ada beberapa jenis, tergantung suku atau jenis kelamin si pemakai. Nah, kita bahas satu per satu pakaian adat Papua, yuk!

1. Sali

*

Pakaian adat Papua bernama Sali ini dipakai oleh para gadis lajang dari Papua Barat. Sali dipakai untuk menutupi tubuh bagian atas perempuan-perempuan lajang asli Papua Barat. Jika sudah menikah, mereka tidak lagi memakai Sali.

Perempuan yang sudah menikah nantinya akan memakai Yokal (akan dibahas di bawah). Sali terbuat dari kulit pohon dan diberi beberapa hiasan tambahan sehingga memiliki motif hias tersendiri. Warna hiasannya bisa merah, putih, kuning, maupun biru.

2. Holim

*

Jika Sali merupakan pakaian adat untuk perempuan lajang, maka holim dikhususkan untuk laki-laki. Biasanya, holim dikenal dengan sebutan koteka, hanya saja suku-suku yang tinggal di pegunungan Jayawijaya menyebut koteka dengan sebutan holim.

Holim dipakai untuk menutupi kemaluan laki-laki. Pakaian yang sederhana ini terbuat dari labu air tua yang dikeringkan, kemudian dibuang daging dan bijinya. Kenapa labu air? Karena labu air bertekstur keras, cocok untuk koteka yang bisa dipakai berkali-kali dan cukup dicuci dengan air bersih saja. Bentuk holim tergantung dari suku masing-masing.

Ada cerita unik tentang koteka ini. Sempat terjadi kampanye anti koteka dan masyarakat diminta untuk mengganti pakaian mereka dengan celana pendek. Hanya saja karena ketiadaan sabun, celana pendek mereka jadinya tidak pernah dicuci dan menyebabkan bencana penyakit kulit. Akhirnya, holim masih digunakan hingga kini oleh beberapa suku.

3. Yokal

*

Seperti dijelaskan sebelumnya, Sali adalah pakaian adat khusus perempuan lajang, dan Yokal dipakai oleh perempuan yang sudah berkeluarga. Yokal berwarna coklat kemerahan. Bentuknya mirip seperti Sali, hanya berbeda di warna saja. Yokal juga dipakai oleh perempuan di suku-suku daerah Papua Barat.

4. Rumbai-Rumbai

*

Rumbai-rumbai merupakan pakaian adat khas suku Asmat. Rok ini terbuat dari daun sagu kering dan dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Pada suku-suku yang tinggal lebih di pedalaman pulau, rok rumbai dipakai tanpa menggunakan atasan.

5. Aksesoris Pakaian Adat Papua

*

Setelah nama-nama pakaian adat Papua, ada juga beberapa aksesoris yang digunakan dalam pemakaian baju adat Papua, yakni tas noken, mahkota bulu burung kasuari, gigi anjing, dan taring babi.

Tas noken dibuat dari anyaman kulit. Hanya saja, tidak seperti tas pada umumnya, tas noken dipakai di kepala seperti memakai bando. Adapun mahkota kasuari yang terbuat dari bulu burung kasuari dengan tambahan bulu kelinci maupun daun sagu kering.

Gigi anjing biasanya dironce untuk kemudian dijadikan kalung. Gigi anjing yang dipakai berasal dari anjing yang sudah mati, ya, jadi no harm done. Selain gigi anjing, taring babi juga dipakai sebagai aksesoris. Taring babi dipakai di hidung, dan biasanya dipakai ketika upacara adat saja.

Fungsi dan Filosofi Pakaian Adat Papua

*

Meskipun pakaian adat sekarang mulai tergantikan dengan pakaian yang terbuat dari kain, masyarakat asli Papua masih banyak yang menggunakan pakaian khasnya, baik untuk kegiatan sehari-hari atau upacara adat. Pakaian adat Papua, khususnya koteka juga iku tergeser seiring berkembangnya zaman dan pemahaman masyarakat lokal Papua terkait pakaian modern.

Meskipun begitu, nilai-nilai budaya yang dikandung oleh pakaian-pakaian adat ini jelas tetap harus dilestarikan. Berikut ini adalah filosofi pakaian adat Papua.

1. Terbuat dari Alam

*

Suku-suku di pedalaman Papua sangat berhubungan erat dengan alam, dan ini tercermin dari cara hidup mereka hingga cara berpakaian mereka. Rumah mereka terbuat dari bahan-bahan alam, cara mereka berburu dan bercocok tanam mengutamakan keseimbangan alam, hingga pakaian pun terbuat dari serat-serat alam.

Kenapa?Ā Jika pakaian mereka rusak dan mereka buang, pakaian mereka tidak akan menjadi sampah yang merusak alam. Pakaian mereka biasanya terbuat dari daun kelapa, ijuk, buah labu air, dan lainnya. Pakaian orang-orang Papua yang ramah lingkungan ini merupakan nilai tambah di tengah isu kerusakan alam yang semakin meluas.

2. Proses dan Seni

Meskipun terlihat mirip, ternyata beberapa pakaian adat Papua memiliki perbedaan tergantung bentuknya. Contohnya, koteka. Setiap suku memiliki koteka yang berbeda-beda. Ada koteka yang terbuat dari satu labu, ada pula yang terbuat dari dua buah labu. Selain itu, semakin besar dan unik ukiran koteka, semakin tinggi kedudukan si pemakainya.

Begitu pula dengan Sali dan Yokal yang juga berbeda, di mana Sali dipakai oleh perempuan lajang dan Yokal dipakai oleh para perempuan yang sudah berkeluarga. Terdapat keunikan warna dan anyaman tersendiri pada kedua jenis pakaian ini, terutama pada Sali.

Karena mayoritas pakaian adat Papua terbuat dari anyaman dan melalui proses pengeringan, tentunya memerlukan kesabaran dan perjuangan yang cukup lama untuk membuat satu buah pakaian saja. Selain itu, juga terdapat nilai seni seperti pada mahkota burung kasuari yang indah, atau pada tas noken yang dipakai sehari-hari saat berburu atau berkebun.

3. Mencintai Tanah Mereka Sendiri

*

Pakaian adat Papua didominasi oleh warna cokelat. Selain karena bahan-bahan pembuatannya yang didominasi oleh kayu, serat tumbuhan dan dedaunan, warna cokelat melambangkan kecintaan mereka terhadap tanah Papua. Mereka tidak rela dijajah dan menganggap bahwa orang Papua dan alam mereka adalah satu kesatuan.

Orang-orang Papua berpendapat bahwa alam dan mereka saling menjaga. Ibarat pohon, akar adalah kaki mereka, ranting adalah tangan mereka, dan dedaunan adalah kepala mereka. Itulah sebabnya mereka akan marah besar jika ada yang merusak alam mereka.

Suku-suku di pulau Papua banyak sekali jumlahnya. Terdapat sekitar 225 suku di pulau Papua, maka tentunya lebih banyak lagi pakaian adatnya. Pakaian adat Papua yang ditampilkan di sini hanyalah sebagai gambaran besar dari pakaian adat Papua yang sudah dikenali orang banyak.

Nah, itu dia pembahasan lengkap tentang pakaian adat Papua beserta filosofinya. Papua merupakan bagian dari Indonesia dan sudah selayaknya kita juga tahu adat istiadat lokal daerah Papua. Apakah kamu punya tambahan informasi lain terkait pakaian adat Papua? Yuk, tuliskan komentar di kolom komentar, ya. Dan, mari bagi pengetahuanmu dengan para pembaca lain dengan menekan tombol share.

Kategori:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram