4 Pakaian Adat Sulawesi Barat yang Mesti Kamu Tahu

Ditulis oleh Desi Puji Lestari

Berdasarkan sejarah pembentukannya, Provinsi Sulawesi Barat terhitung unik. Perjuangan yang dimulai dari tahun 1960 baru membuahkan hasil pada 2004. Ketika itu Sulawesi Barat resmi disahkan menjadi salah satu provinsi di Indonesia. Keputusan tersebut tercantum dalam UU No.26 tahun 2004 mengenai Undang-Undang Pembentukan Daerah Otonom Baru.

Sebelumnya, Sulawesi hanya memiliki tiga provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Sejarah panjang Sulawesi Barat yang beribukota di Mamuju, Kabupaten Mamuju ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari budaya daerah itu sendiri. Pasalnya Sulawesi Barat memang sudah berbudaya sejak dulu kala.   

Masyarakat Sulawesi Barat terdiri atas berbagai suku, baik suku asli atau pendatang, seperti Suku Mandar, Suku Toraja, Suku Bugis, Suku Makassar dan lainnya. Mereka menjadi pemilik bagi produk-produk budaya warisan leluhur, salah satunya pakaian adat.

Secara garis besar, pakaian adat Sulawesi Barat dibedakan menjadi dua, yaitu pakaian adat Suku Mandar dan pakaian adat Suku Toraja. Keduanya sama-sama istimewa dengan kekhasannya. Lalu apa perbedaan antara dua baju adat tersebut? Seperti apa cantiknya mereka? Penjelasan di bawah ini akan menginformasikannya untuk Anda.

Pakaian Adat Sulawesi Barat – Suku Mandar

Pakaian adat Sulawesi Barat yang pertama datang dari Suku Mandar. Pakaian Suku Mandar disebut juga Pattuqduq Towaine. Busana tradisional dari Suku Mandar ini biasa dipakai untuk menghadiri acara-acara kebudayaan seperti pertunjukan tari dan acara adat seperti pernikahan.

Baju adat Suku Mandar yang biasa dipakai saat pertunjukan tari disebut baju pokko, sementara baju yang dipakai untuk pernikahan dikenal juga dengan rawang bono. Selain itu terdapat pula perbedaan jumlah aksesori yang dikenakan pada dua kesempatan tersebut. Untuk pertunjukan tari, aksesori yang dipakai hanya 18 item sedangkan pada upacara pernikahan, setidaknya ada 24 macam aksesori yang harus dipakai, terutama oleh pihak perempuan.

1. Pakaian Suku Mandar untuk Perempuan

Pakaian Suku Mandar untuk PerempuanSumber: instagram.com

Pakaian adat Sulawesi Barat khususnya adat Mandar yang digunakan oleh perempuan dibagi lagi menjadi dua, yaitu rawang boko atau blus lengan pendek berwarna cerah dan lipaq saqbe atau bawahan berupa sarung bermotif tenun yang dibuat menggunakan cara tradisional. Corak pada kain bawahan adat Mandar sekaligus digunakan sebagai simbol status sosial seseorang di masyarakat.

Saat berpakaian adat, perempuan Suku Mandar juga harus memakai hiasan-hiasan atau aksesori. Aksesori yang dimaksud berupa kawari atau perisai, tombi Diana atau kalung koin emas, dan dali atau anting-anting. Selain itu bagian tangan juga tidak luput dari perhiasan berupa sepasang gelang berukuran sekitar 15 hingga 20 cm. Gelang tersebut dikenali oleh masyarakat sini dengan nama gallang balleq.

Selanjutnya ada gelang yang dipakai di bagian lengan bernama poto. Lanjut ke bagian baju, di sana terdapat gelang yang disebut jimma salletto kemudian ada kaliki yang dipakai sebaggai ikat pinggang dan sima-simang yaitu sebuah gelang cantik yang memiliki 8 bulatan seperti kelereng. Jimma salletto sendiri merupakan gelang bahu yang dipakai masyarakat biasa, sedangkan golongan bangsawan menggunakan jimma maborong.

Menariknya penggunaan aksesori-aksesori tersebut bisa menunjukkan status sosial pemakainya di masyarakat. Terlihat pada penggunaan kawari sebanyak 4 di bagian pinggul yang hanya bisa dilakukan oleh keturunan bangsawan, sementara golongan masyarakat biasa menggunakan 2 perisa saja.  

2. Pakaian Suku Mandar untuk Laki-Laki

Pakaian Suku Mandar untuk Laki-LakiSumber: instagram.com

Berbanding terbalik dengan pakaian yang digunakan oleh perempuan, baju adat laki-laki Suku Mandar jauh lebih sederhana. Pakaian yang dimaksud berupa jas tertutup warna hitam berbahan sutra. Bagian lengan berpotongan panjang hingga mengesankan kewibawaan.

Kesederhanaan yang ada pada pakaian adat Mandar laki-laki ini sebagai lambang bahwa sebagai pemimpin rumah tangga, seorang lelaki harus gesit dan pandai meempatkan diri. Aksesori pelengkap yang digunkan juga hanya penutup kepala atau songok tobone, rantai emas yang disimpan di saku baju sarung yang dililitkan di bagian pinggang dan sepatu.

Pakaian Adat Sulawesi Barat – Suku Toraja

Setelah Suku Mandar, Suku Toraja juga memiliki pakaian adat yang tidak kalah cantik. Suku yang mendiami dataran di Sulawesi ini terkenal dengan upacara kematian yang disebut Rambu Solo’. Ritual kematian tersebut hanya bisa digelar oleh para bangsawan karena membutuhkan biaya yang sangat tinggi.

Terlepas dari itu semua, Rambu Solo’ merupakan produk budaya yang harus dijaga, sama seperti pakaian adat Suku Toraja. Berdasarkan penggunaannya, baju adat Suku Toraja dibedakan menjadi baju yang dipakai perempuan dan laki-laki. Keduanya tentu memiliki perbedaan walau pada akhirnya tetap serasa. Penasaran? Berikut penjelasannya!

1. Pakaian Suku Toraja untuk Perempuan

Pakaian Suku Toraja untuk PerempuanSumber: instagram.com

Pakaian adat Sulawesi Barat khususnya baju tradisional masyarakat Suku Toraja bagi kaum perempuan dikenal dengan nama Pokko. Pokko biasanya hadir dengan pilihan warna-warna yang cerah seperti merah, kuning dan putih.

Aksesori yang dipakai perempuan Suku Toraja terdiri atas hiasan manik-manik yang sangat khas. Ia bisa kita temukan sebagai penghiasan di bagian dada. Aksesori tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan kandaure. Pada masa lalu, kandaure khusus dipakai oleh perempuan bangsawan. Perhiasan tersebut dipakai untuk berbagai acara adat.

2. Pakaian Suku Toraja untuk Laki-Laki

Pakaian Suku Toraja untuk Laki-lakiSumber: tambahpinter.com

Untuk laki-laki Suku Toraja, baju tradisional yang dikenakan bernama Seppa Tallung. Pakaian adat ini cukup mudah dikenali dari potongannya yang panjang hingga lutut dan celana pendek yang sebagian besar berwarna kuning, putih dan merah.

Saat memakai baju adat Seppa Tallung biasanya dilengkapi berbagai aksesori. Di antara kandaure yang dipakai sebagai kalung, ikat pinggang, selempang dan penutup kepala. Bukan hanya itu, penampilan para lelaki Suku Toraja juga dilengkapi dengan sebuah keris yang disebut gayang. Baju Seppa Tallung umumnya dipakai untuk upacara-upacar adat seperti Rambu Solo’ itu tadi.

3. Kain Tenun Khas Toraja

Kain Tenun Khas TorajaSumber: instagram.com

Selain dibedakan antara baju tradisional laki-laki dan perempuan, Suku Toraja juga memiliki warisan lain berupa sarung kain tenun khas Toraja. Kain tenunan khas Tana Toraja ini merupakan pakaian khas dari Rantepao. Proses pembuatannya masih sangat tradisional sehingga memakan waktu lama. Namun, hasilnya akan sangat cantik dan rinci.

Pertama, pengrajin harus memintal serat hingga menjadi benang lalu dibentuk atau ditenun sedemikian rupa hingga jadilah selembar kain tenun yang cantik. Serat yang biasa digunakan untuk membuat kain tenun adalah serat nanas dan serat kapas. Pakaian adat Sulawesi Barat yang harus dilestarikan ini memiliki simbol keterikatan yang terjadi antara manusia, alam serta lingkungannya. Masyarakat Toraja juga memercayai bahwa kain tenun adalah simbol kemakmuran.

4. Pakaian Kandaure

Pakaian KandaureSumber: instagram.com

Pemakaian baju adat Suku Toraja tidak luput dari penggunaan aksesori kandaure, sementara pakaian kandaure merupakan sebutan untuk sebuah busana yang dihiasi aksesori tersebut. Kandaure bisa dipakai menjadi kalung, ikat pinggang, gelang atau ikat kepala.

Hiasan tersebut terbuat dari manik-manik yang disusun secara manual, yakni diuntai satu per satu hingga menciptakan sebuah motif yang sangat indah.

Masyarakat sana percaya, kandaure bukan sekadar aksesori tambahan yang mempercantik penampilan, melainkan juga memiliki nilai-nilai magis seperti kekuatan untuk menurunkan hujan dan menjauhkan diri dari macam-macam bahaya. Menariknya, pakaian kandaure ini hanya dipakai oleh kaum perempuan.

Pakaian adat Sulawesi Barat sangat beragam. Dari semuanya, satu hal yang dapat disimpulkan adalah baju tradisional tersebut memiliki nilai-nilai tidak terhingga sebagai sebuah warisan budaya. Kecantikannya harus tetap dijaga dan dilestarikan karena ia menjadi bagian dari identitas bangsa. Semoga kita dapat semakin mencintai budaya sendiri ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram