10 Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang Menarik Diketahui
Gowa-Tallo adalah sebuah kerajaan kembar kesultanan yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa-Tallo sendiri berpusat di kabupaten Gowa dan beberapa wilayah yang ada di sekitarnya. Kerajaan yang sempat menempati puncak kejayaannya pada abad ke-17 ini merupakan salah satu kerajaan di tanah air yang mengadopsi Islam sebagai agama resmi.
Meski kerajaan ini sudah tidak ada, namun sisa-sisa peninggalannya masih bisa masyarakat tanah air lihat hingga saat ini. Kali ini Keluyuran akan mengulas beberapa peninggalan bersejarah dari salah satu kerajaan Islam tersebut. Apa saja itu? Simak ulasannya berikut ini.
1. Ford Rotterdam

* sumber: pulaunesia.blogspot.com
Salah satu peninggalan bersejarah yang cukup mengagumkan dari kerajaan Gowa-Tallo adalah Ford Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang. Ford Rotterdam adalah sebuah benteng yang dibangun oleh I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, yaitu Raja Gowa ke-9 pada tahun 1545. Fort Rotterdam sendiri terletak di pesisir pantai sebelah barat Makassar.
Dahulu kala benteng yang dikenal dengan sebutan Benteng Panyyua oleh masyarakat setempat berfungsi sebagai markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Nama Panyyua sendiri diambil karena bentuk bentengnya yang mirip dengan seekor penyu yang hendak turun ke lautan.
2. Balla Lompoa
Balla Lompoa atau rumah besar adalah sebuah istana tempat tinggal sultan Gowa. Istana yang berdiri di atas lahan seluas sekitar 3 hektar ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Gowa-Tallo yang masih berdiri hingga saat ini.
Balla Lompoa dibangun setelah diangkatnya Raja Gowa XXXV, I Mengimingi Daeng Matutu, Karaeng Bontonompo yang bergelar Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin pada tahun 1936. Balla Lompoa terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Masjid Katangka
Peninggalan kerajaan Gowa-Tallo selanjutnya adalah Mesjid Katangka yang bernama asli Masjid Al-Hilal. Mesjid Katangka merupakan masjid tertua yang berada di provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Mesjid yang sempat digunakan oleh kesultanan Gowa sebagai benteng pertahanan ketika melawan penjajah ini memiliki desain unik perpaduan Jawa-Eropa-China. Menurut sebuah prasasti, mesjid yang berdiri di tanah seluas 150 meter ini dibangun pada tahun 1603. Namun, tak sedikit pula para peneliti yang menyebutkan bahwa bangunan bersejarah itu dibangun pada awal abad ke-18.
4. Kompleks Makam Katangka

* sumber: www.eviindrawanto.com
Kompleks Makam Katangka merupakan situs pemakaman raja dari kesultanan Gowa. Makamnya sendiri berada di area sekitar halaman masjid Katangka yang terletak di kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Di makam ini diketahui terdapat 71 buah makam kuno dengan 112 nisan yang terdiri dari 76 nisan berbentuk pipih, 31 nisan berbentuk silindris dan 4 berbentuk balok polos. Nama Katangka sendiri diambil dari bahasa Makassar Tangkasa atau berarti kampung suci.
5. Masjid Jami ‘Nurul Mu’minin
Masjid Nurul Mukminin adalah masjid kuno yang terletak di Kecamatan Panakkukang jalan Urip Sumoharjo, kota Makassar. Dahulu masyarakat menyebut mesjid ini dengan nama Karuwisi. Masjid ini dibangun pada tahun 1924 oleh sang pemilik mesjid yang bernama H. Kawari.
Pada awalnya mesjid yang dirancang oleh H. Andi Cincin Karaeng Lengkese ini digunakan untuk kegiatan peribadatan keluarga. Namun, sejak 1995 masjid Nurul Mukminin pun kemudian berubah menjadi milik masyarakat umum yang ada di sekitar masjid. Sebelum renovasi, Masjid Nurul Mukminin sendiri dikenal memiliki ciri khas dua menara kembar yang mengapit serambi depan mesjid.