Menengok Jejak Peninggalan Kolonialisme Di Tanah Maluku

Ditulis oleh Okta Tri Umami

Tanah Maluku adalah tanah yang subur dan dipenuhi dengan kekayaan alam yang melimpah. Di Maluku ada banyak sekali rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Hal ini yang menjadi penyebab masuknya atau datangnya para penjajah (Portugis dan Belanda) ke Maluku.

Bangsa pertama yang menjajah adalah bangsa Portugis. Pada tahun 1575, bangsa Portugis membangun benteng di pantai Honipopu. Benteng ini diberi nama benteng Victoria. Fungsi dari benteng ini adalah sebagai Pusat kekuasaan dari Portugis. Setelah kekuasaan Portugis runtuh, Benteng Victoria kemudian menjadi pusat kekuasaan VOC di tanah Maluku.

Setelah benteng ini dibangun, ada beberapa kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami wilayah sekitaran benteng. Kelompok masyarakat tersebut adalah kelompok Soa Ema, Soa Kilang, Soa Silele, Hative, dan Urimessing. Kelompok-kelompok masyarakat inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya kota Ambon.

benteng Victoria

Selain benteng Victoria, bangsa Potugis juga membangun bangunan lain yang berlokasi di samping pantai Desa Hila dan Desa Kaitetu. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat menimbun rempah-rempah hasil alam Maluku seperti pala dan cengkeh. Tempat ini oleh Portugis disebut sebagai Loji.

Loji merupakan bangunan yang sangat penting bagi Portugis. Dikarenakan pada masa itu, wilayah tempat Loji dibangun merupakan Teluk yang menjadi jalur perdagangan dan keluar-masuk kapal dagang dari luar Maluku. Selain berfungsi sebagai tempat menimbun rempah-rempah, Loji juga digunakan sebagai basis pertahanan Portugis dari serangan kapal asing.

Dikarenakan oleh keserakahan bangsa Portugis, Masyarakat Maluku merasa bahwa mereka telah dirugikan. Mereka tidak merasakan keuntungan dari rempah-rempah yang mereka hasilkan. Hingga, pada akhir abad ke-16, masyarakat Maluku melakukan perlawanan terhadap Portugis.

Loji

Situasi ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk melebarkan kekuasaannya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil mengalahkan Portugis dan mengambil alih kekuasaan di tanah Maluku. Seluruh bangunan peninggalan Portugis pula diambil alih oleh Belanda.

Loji yang semula merupakan tempat menampung rempah-rempah, beralih fungsi menjadi benteng pertahanan. Benteng tersebut disebut diberi nama oleh Belanda sebagai Benteng Amsterdam.

Benteng Amsterdam

Setelah menguasai Maluku, Belanda mulai membangun benteng-benteng lain sebagai benteng pertahanan dan juga sebagai pusat kekuasaan dari Verenigde Ootindische Compagnie (VOC). Salah satu benteng tersebut adalah Benteng Duurstede.

Benteng ini terletak di Saparua, dibangun pada tahun 1676 oleh Vlaming Van Oudshoor dan Nicholaas Schaghen yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Amboina pada tahun 1690. Benteng ini diberi nama Duurstede oleh sang Gubernur sesuai dengan nama Desa di mana ia dilahirkan. Sehingga, bangunan ini diharapkan dapat mengingatkannya akan tanah kelahirannya di Negeri Kincir Angin.

Yang unik dari bangunan yang satu ini adalah Benteng ini dibangun di atas batu karang yang tingginya sekitar 20 kaki. Sehingga, dari atas benteng dapat terlihat pemandangan yang laut Pulau Saparua yang terhampar luas dan sangat menyejukan mata. Benteng ini memiliki fungsi sebagai bangunan pertahanan serta sebagai pusat pemerintahan VOC di wilayah Saparua.

Pada tahun 1817, benteng ini diserbu oleh rakyat Saparua yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura (Pahlawan dari Maluku). Dalam serangan tersebut seluruh penghuni benteng tewas kecuali putra Residen Belanda yang bernama Juan Van Den Berg.

Kapiten Pattimura adalah seorang pemuda dan pejuang tanah air yang berusaha membebaskan Ibu Pertiwi dari cengkraman para penjajah. Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessi, beliau lahir pada tanggal 8 Juni 1783 di Hualoy, Seram Selatan, Maluku. Sebutan Kapiten beliau dapatkan dari Kaum penjajah.

Jatuhnya Benteng Duurstede atas serangan yang dipimpin oleh Kapiten Pattimura mengakibatkan kedudukan VOC di Ambon dan Batavia menjadi Goyah. Hal ini yang menyebabkan VOC memusatkan perhatiannya merebut kembali Benteng Duurstede dari masyarakat Maluku.

Benteng Duurstede

1 2»
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram