Inilah 2 Rumah Adat Jambi yang Penuh dengan Keunikan

Ditulis oleh Siti Hasanah

Jambi adalah sebuah provinsi di Pulau Sumatera. “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” merupakan semboyan dari provinsi ini. Tak hanya memiliki lagu daerah, provinsi ini juga mempunyai tarian tradisional yang disebut Rentak Besapih. Tarian ini menceritakan keserasian juga keharmonisan kehidupan walaupun berasal dari beragam etnis, suku, serta latar belakang.

Seperti halnya wilayah lainnya yang ada di Indonesia, Jambi juga mempunyai rumah adat yang unik serta gaya arsitekturnya yang khas. Provinsi yang identik dengan kebudayaan Melayu ini dapat dikenali dari bentuk bangunan rumahnya. Apa saja rumah adat Jambi yang masih ada hingga saat ini? Yuk, cari tahu jawabannya di artikel berikut ini!

1. Rumah Kajang Leko

Rumah Kajang LekoSumber: smkn1muarojambi.wordpress.com

Rumah Kajang Leko yang berbentuk rumah panggung adalah desain hunian baru. Sesudah rangkaian proses pencarian yang lumayan cukup panjang, bangunan rumah ini kemudian ditetapkan menjadi rumah adat Jambi.

Pada 1970an, pemerintah saat itu berencana untuk melakukan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah dan setiap provinsi diwajibkan untuk  mengirim desain ikon kebudayaan daerahnya  masing-masing.

Kemudian gubernur Jambi mencari satu dari beberapa desain yang ada untuk dijadikan sebagai ikon rumah adat Jambi. Untuk mendapatkan desain tersebut kala itu digelar dalam bentuk sayembara yang diberi nama Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.

Akhirnya dari sinilah didapatkan desain yang tepat untuk rumah adat Jambi, yaitu rumah kajang leko. Rumah ini mempunyai desain yang tertua yang akhirnya dijadikan sebagai ikon budaya dari Provinsi Jambi.

Rumah adat Jambi bernama kajang leko, yaitu berupa rumah dengan struktur yang mirip dengan rumah panggung. Untuk konsep arsitekturnya digunakan aristektur Marga Batin. Apabila dilihat dari atas, bentuk rumah ini persegi panjang dengan ukuran 12 meter x 9 meter.

Untuk menopang rumah adat ini digunakan 30 tiang besar yang mempunyai 24 buah tiang utama dan 6 buah tiang pelamban. Untuk menaiki rumah ini akan ditemukan banyak tangga masuk karena rumah ini berbentuk rumah panggung.

Sebagai jalan masuk digunakan dua buah tangga. Salah satunya terletak di sebelah kanan yang fungsinya sebagai tangga utama. Sedangkan untuk tangga lainnya disebut dengan tangga panteh.

Rumah adat Jambi ini bagian atapnya juga mempunyai konstruksi yang unik. Atap rumah tersebut dikenal dengan nama gajah mabuk. Konon nama ini diambil dari nama si pembuat desain. Sementara itu, bubungan atapnya terlihat seperti perahu dengan ujung atasnya yang melengkung.

Nama lengkungan itu adalah lipat kajang atau disebut juga potong jerambah. Sedangkan bagian langit-langitnya mempunyai material yang disebut dengan tebar layar. Istilah tebar layar adalah sebuah plafon yang fungsinya sebagai pemisah loteng dengan ruangan-ruangan lainnya yang ada di bawahnya.

Loteng akan dipakai menjadi ruang penyimpanan sebab itulah di sini ada tangga petetah yang fungsinya untuk digunakan sebagai jalan naik ke atas loteng. Bermacam keunikan tersebut hanya dapat ditemukan di rumah adat Jambi, kajang leko.

Fungsi Rumah Adat Kajang Leko

Fungsi Rumah Adat Kajang LekoSumber: femina.co.id

Meskipun sekarang rumah adat Jambi lebih mempunyai peran sebagai identitas budaya, namun semenjak dahulu rumah ini mempunyai fungsi sebagai tempat hunian. Rumah kajang leko dibagi menjadi beberapa ruangan agar menunjang fungsinya sebagai tempat hunian.

Tiap ruangan punya fungsinya tersendiri. Pertama yaitu ruang pelamban. Letak ruangan ini berada di sebelah kiri bangunan. Ruang pelamban memiliki struktur yang secara khusus dibuat menggunakan bambu belah yang diawetkan kemudian disusun jarang agar air bisa mengalir dengan mudah.

Ruang ini sesuai namanya difungsikan sebagai ruang tunggu bagi para tamu yang berkunjung, tetapi belum diberikan izin untuk masuk ke dalam rumah. Sementara ruang kedua disebut ruang gaho. Ruangan ini juga letaknya berada di sebelah kiri dari bangunan tetapi posisinya memanjang.

Ruang gaho memiliki fungsi sebagai tempat untuk penyimpanan barang juga persediaan makanan. Ruangan ini digunakan juga digunakan sebagai dapur. Pada bagian dinding di dalam ruangan akan ditemukan ukiran bermotif ikan.

Ketiga yaitu ruang masinding. Ruangan ini berada di bagian depan rumah adat Jambi yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk menggelar ritual kenduri ataupun musyawarah. Inilah fungsi yang membuat ruang masinding mempunyai ukuran yang cukup luas.

Akan ditemukan ukiran bermotif di dindingnya. Motif ukiran tersebut di antaranya yaitu ukiran tampuk manggis yang terletak di bagian atas pintu masuk, ukiran motif bungo jeruk yang berada di bagian luar belandar atas pintu serta ukiran motif bungo tanjung di bagian depan masinding.

1 2»
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram