Inilah 3 Rumah Adat Maluku Utara yang Unik dan Estetik

Ditulis oleh Syarip Ahmad D

Sebagai salah satu negara kepulauan, Indonesia memang memiliki beragam budaya yang menarik untuk diketahui oleh masyarakat yang ada di tanah air. Salah satunya kebudayaan yang ada di Maluku, sebuah provinsi yang terletak di bagian Timur Indonesia.

Selain dikenal dengan keindahan alamnya yang mempesona, Provinsi yang secara strategis berada di jalur lintas internasional ini juga memiliki beragam budaya peninggalan leluhur yang masih terjaga hingga saat ini.

Salah satunya adalah dengan keberadaan beberapa rumah adat yang ada di sana. Selain memiliki nilai filosofis, rumah adat yang ada di Maluku ini juga memiliki arsitektur yang cukup menarik. Nah, agar kamu tahu lebih jauh mengenai keunikan dari rumah-rumah adat tersebut.

Kali ini Keluyuran akan membahas tentang 3 rumah adat Maluku Utara yang unik. Ada apa saja? Simak ulasannya berikut ini!

1. Rumah Adat Sasadu

Rumah Adat Sasadu

Rumah Sasadu diketahui telah dibuat untuk pertama kali pada tahun 1920. Kini, rumah adat Maluku ini merupakan tempat tinggal yang biasa digunakan oleh hampir sebagian besar suku Sahu yang berada di wilayah Gemtala, Halmahera Barat. Suku Sahu sendiri diketahui merupakan suku bangsa asli tertua yang kini banyak menetap di daerah tersebut.

Sekilas rumah adat yang digambarkan sebagai kapal perang terbalik ini memang seperti rumah-rumah pada umumnya. Hanya saja yang membedakan rumah adat Sasadu dengan rumah biasa adalah dari segi arsitektur, dimana rumah Sasadu diketahui tidak memiliki pintu atau pun dinding sebagai pelindung.

Rumah tersebut berbentuk panggung dengan pilar yang terbuat dari batang pohon sagu. Sementara pada bagian atap rumah dibuat dari anyaman daun sagu. Hal yang cukup menarik dari rumah adat ini adalah material yang digunakan untuk mendirikan rumah, dimana sebagian besar menggunakan bahan-bahan dari alam.

Beberapa bahan tersebut antara lain seperti pasak kayu, yang digunakan untuk memperkuat sambungan dan juga tali ijuk untuk pengikat rangka pada bagian atap rumah. Sementara untuk bagian lantai rumah sendiri terbuat dari tanah atau semen.

Selain dijadikan tempat tinggal, rumah adat ini sering difungsikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan pertemuan oleh masyarakat Desa. Salah satu pertemuan yang biasa dilaksanakan di tempat tersebut adalah ritual makan adat Orom Sasadu, yaitu kegiatan makan bersama warga dalam rangka syukuran panen. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan dua kali dalam setahun.

Rumah Sasadu biasanya dibangun di sebuah lahan yang berada di tengah-tengah kampung atau desa, yang tidak jauh dari lokasi jalan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan orang-orang yang berada di setiap penjuru Desa bisa menjangkau lokasi rumah.

Rumah ada Sasadu sendiri biasanya ditandai dengan keberadaan bendera besar yang disebut oleh masyarakat sebagai panji dan bendera kecil yang disebut dayalo.

2. Rumah Adat Hibualamo

Rumah Adat HibualamoSumber: mapio.net

Rumah adat Maluku berikutnya adalah rumah adat Hibualamo. Rumah adat ini berasal dari Halmahera Utara. Rumah Hibualamo pada awalnya sering digunakan oleh masyarakat Maluku sebagai rumah pemujaan nenek moyang. Namun, sejak agama Islam dan Kristen masuk dan berkembang pesat di sana.

Kini, rumah tersebut pun berubah fungsi sebagai tempat pertemuan untuk menyelesaikan masalah-masalah perihal aturan adat, tempat merayakan syukuran untuk hasil panen, hingga segala sesuatu yang bersifat untuk kepentingan bersama masyarakat Maluku. Hibualamo sendiri diperkirakan telah berdiri sejak 600 tahun yang lalu, atau sekitar tahun 1400-an.

Secara harfiah Hibualamo sendiri memiliki arti rumah besar. Rumah adat ini diketahui memiliki delapan sudut dengan beragam ornamen ukiran binatang yang menghiasi pada bagian bumbungan rumah.

Rumah khas yang berada di Halmahera Utara ini kerap kali disebut dengan nama berbeda di setiap suku. Terdapat sangat sedikit yang menyebut rumah yang memiliki ornamen unik ini dengan nama Hibualamo. Nama Hibualamo sendiri muncul diperkirakan karena pengaruh Kesultanan Ternate.

Nah, beberapa suku seperti Tobelo, Modole dan Pagu sendiri menyebut rumah adat ini dengan sebutan Halu, yang berarti "diangkat atau ditinggikan". Rumah tersebut memiliki ornamen berbentuk perahu di bumbungan rumah dan motif anyaman pada tiang-tiang penyangga.

Berbeda dengan ketiga suku tersebut, suku Galela yang juga bisa kita temukan ada di Halmahera Utara ini menyebut rumah adat ini dengan nama Bangsaha, yang berarti "alas atau dasar bangunan". Begitu pun di dua suku lain seperti Tobaru dan Loloda. Keduanya menyebut rumah khas ini dengan sebutan Halu, yang memiliki arti masing-masing "bertahan" dan "kekuatan".

Saat ini rumah adat Hibualamo sendiri telah banyak mengalami perubahan dalam segi arsitektur, dimana pada beberapa bagian bangunan biasanya terdapat sentuhan yang jauh lebih modern dan disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini tanpa menghilangkan unsur tradisional di dalamnya.

3. Rumah Adat Baileo

Rumah Adat BaileoSumber: pewartanusantara.com

Rumah adat khas lainnya yang masih bisa kita lihat di Maluku adalah rumah ada Baileo yang terletak di Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Rumah adat ini ini berbentuk panggung berukuran cukup luas. Sebagian besar bangunan tersebut terbuat dari kayu, triplek, dan daun sagu untuk menutup bagian atapnya.

Sementara ruangan di dalamnya sendiri terdiri dari hanya satu ruangan tanpa sekat. Sekilas bangunan rumah Baileo dibangun dengan banyak tiang-tiang penyangga dengan ornamen berupa ukiran yang khas. Secara keseluruhan ruangan utama dari rumah Baileo terlihat sangat besar tanpa adanya penyekat jendela atau pintu.

Di sekeliling ruangan terdapat tempat duduk yang terbuat dari kayu berukuran sangat panjang. Berbeda dengan dua jenis rumah adat yang lain, rumah Baileo sendiri dibangun hanya untuk pelaksanaan acara adat atau keagamaan oleh suku Huaulu, yaitu penduduk asli Pulau Seram, Ambon yang diketahui sebagai pemilik dari rumah adat ini.

Selain dijadikan sebagai tempat pertemuan untuk membahas berbagai persoalan terkait yang terjadi di masyarakat, tempat ini juga biasa digunakan sebagai tempat untuk membuat strategi perang pada zaman dahulu atau sebagai rumah bagi Raja atau Kepala Desa.

Salah satu hal yang cukup menarik dari rumah ini adalah adanya ritual yang biasa dilakukan oleh penduduk Huaulu sebelum membangun rumah ini. Dahulu, mereka menggunakan tengkorak manusia yang berasal dari musuh-musuh suku Huaulu yang telah mati sebagai bagian dari bangunan. Tengkorak tersebut biasa diletakkan sebagai  pondasi utama penyangga bangunan.

Namun seiring waktu ritual ini telah lama berubah. Kini, masyarakat sendiri menggunakan batok kelapa sebagai pengganti hal tersebut. Selain proses pembangunan yang berubah, material bangunan yang digunakan untuk membangun rumah adat ini mulai berubah, dimana bahan dasar yang digunakan untuk membangun rumah jauh lebih modern.

Keberadaan rumah adat Baileo sendiri merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat Maluku masih menjaga dan melestarikan tradisi serta budaya leluhur yang sudah langka dilakukan oleh daerah-daerah lain yang ada di Indonesia.

Demikian 3 rumah ada Maluku yang berhasil Keluyuran bahas untuk kamu. Keberadaan rumah adat tersebut merupakan warisan kekayaan budaya yang ada di bagian Timur Indonesia yang masih terjaga dan masih bisa kita nikmati hingga saat ini. Semoga informasi mengenai rumah adat di atas bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk ikut melestarikan budaya yang dimiliki  bangsa tanah air.

Kategori:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram