Mengenal Beragam Rumah Adat NTB di Lombok dan Sumbawa
Nusa Tenggara Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang populer dengan keindahan pulau-pulaunya. Pulau Lombok dan pulau-pulau kecilnya berhasil menyihir para wisatawan yang datang melihatnya. Selain alam, NTB juga mempunyai keunikan beragam budaya. Banyak bangun rumah adat NTB yang memiliki arsitektur yang unik.
Tentu kamu pernah mendengar mengenai suku Sasak dan Desa Sadenya. Nah, suku ini pun mempunyai rumah adat yang umumnya menggunakan material dari alam. Informasi lengkap mengenai rumah adat NTB ini bisa kamu baca di artikel berikut ini.
1. Rumah Adat Dalam Loka
Rumah adat NTB yang satu ini adalah rumah peninggalan para raja yang berada di daerah Kabupaten Sumbawa. Bangunan rumah adat Dalam Loka diperkirakan sudah dibangun oleh Sultan Muhammad Jalalludin III semenjak tahun 1885.
Pengaruh ajaran Islam dalam wilayah kerajaan yang kuat menghasilkan arsitektur rumah adat dalam loka yang juga bernuansakan Islam. Nama dalam loka berasal dari dua kata yakni ‘dalam’ dan ‘loka’. Dalam berarti istana dan loka berarti dunia. Nama rumah adat ini sangat menggambarkan fungsinya.
Dalam hal bentuk, sebenarnya rumah adat ini memiliki bentuk rumah panggung layaknya rumah adat lain yang ada di Indonesia. Namun, arsitekturnya lebih megah karena fungsinya sebagai hunian kerajaan.
Selain itu, rumah adat NTB ini juga memiliki filosofi tersendiri yakni adat berenti ko syara dan syara barenti ko kitabullah. Arti dari filosofi ini yaitu “semua adat istiadat serta nilai-nilai kehidupan penduduk Sumbawa harus mengikuti syariat Islam”.
Tiang penyangga rumah merupakan salah satu bentuk dari kemegahan yang dimiliki oleh rumah adat. Jumlah tiangnya 99 buah tiang yang melambangkan Asmaul Husna, yaitu 99 nama-nama Allah. Lutuengai atau ukiran khas Pulau Sumbawa akan menyambut mereka yang memasuki rumah.
Ukiran tersebut memiliki motif yang didominasi oleh motif flora contohnya bunga-bunga dan dedaunan. Rumah adat ini hanya memiliki satu pintu akses untuk keluar masuk dan ukurannya cukup besar. Meskipun material rumah ini didominasi oleh bahan kayu tapi, bangunan tetap terlihat megah.
Terdapat beberapa tiang besar dalam rumah yang membagi seluruh ruangan di istana. Bala rea atau graha adalah salah satu ruangan dalam rumah adat yang ukurannya yang lumayan besar. Graha ini juga dibagi lagi menjadi beberapa bagian ruangan, yaitu:
- Lunyuk agung: posisinya berada di bagian depan dan berfungsi sebagai tempat acara adat, musyawarah serta acara keagamaan.
- Lunyuk mas: terletak di sebelah lunyuk agung serta fungsinya sebagai tempat bagi para permaisuri, isteri para menteri serta anggota kerajaan lainnya saat sedang mengadakan upacara adat.
- Ruang dalam barat: letak ruangan ini berada di bagian barat dan hanya disekat memakai kelambu. Fungsinya yaitu sebagai tempat beribadah. Kemudian di sebelah utara ruangan tersebut terdapat kamar tidur untuk para dayang juga permaisuri.
- Ruang dalam timur: terletak di bagian timur dan dilengkapi dengan empat kamar. Keempat ruangan tersebut digunakan oleh putra dan putri raja yang sudah menikah.
- Ruang sidang: terletak di bagian belakang bala rea dan dipakai sebagai ruang sidang. Sementara saat malam hari sering kali digunakan tempat tidur para dayang.
- Kamar mandi: posisinya ada di luar bale rea dan memiliki bentuk memanjang dari kamar tidur raja hingga kamar para permaisuri.
- Bala bulo: posisi ada di samping lunyuk mas dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk area bermain anak-anak sedangkan lantai kedua digunakan untuk tempat bagi para permaisuri serta istri bangsawan untuk menonton pertunjukan yang ada di lapangan.
Selain bala rea, sebenarnya, dahulu ada juga beberapa bagian penting dari rumah adat dalam loka lainnya contohnya keban alas atau kebun istana, bale jam, bala buko atau gapura, dan ruangan khusus tempat menaruh lonceng.
Kini rumah adat ini tak lagi ditinggali oleh keluarga kerajaan. Mereka meninggalkan rumah adat ini. Dan sejak tahun 1979-1985 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan kembali dipugar ulang.
2. Rumah Adat Sasak
Rumah adat NTB miliki suku Sasak ini terletak di Dusun Sade yang kini sudah menjadi desa wisata. Kebudayaan miliki suku Sasak sangatlah unik karena rumah adat ini memadukan antara nilai estetika dengan nilai kearifan lokal.
Material rumahnya mengunakan bahan alami, misalnya dinding rumah terbuat dari bahan anyaman bambu, sedangkan bagian atapnya berbahan jerami. Lantainya pun hanya menggunakan tanah liat yang dicampur abu jerami serta kotoran kerbau yang membuat lantai keras seperti diberi semen.
Umumnya, rumah suku Sasak ini memilki ruangan inak bale atau rumah induk. Ruangan ini memiliki bale luar atau kamar tidur, ruang untuk ibu melahirkan, ruang menyimpan harta benda, serta ruang untuk menyemayamkan jenazah yang belum benar-benar dimakamkan.
Selain itu, rumah adat ini dilengkapi beberapa ruangan lain contohnya dapur, amben, sesangkok (ruang tamu), dan sempare (ruang untuk makanan serta peralatan rumah tangga). Terdapat beragam bangunan dalam komplek rumah adat Sasak di Dusun Sade. Berikut ini beberapa di antaranya:
a. Bale Tani
Bale tani merupakan rumah adat dari suku Sasak di Lombok. Rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal. Rumah ini memiliki bentuk yang cukup sederhana yaitu hanya punya satu pintu kecil serta tidak memiliki jendela.
Material untuk rumah menggunakan anyaman bambu yang digunakan untuk dinding serta jerami kering yang digunakan untuk atap. Lantai rumah ini biasanya memakai campuran tanah liat dengan kotoran kerbau.
b. Bale Jajar
Rumah bale jajar merupakan tempat kediaman suku Sasak untuk mereka dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Rumah ini tak jauh beda dengan bale tani, tetapi ruangannya lebih banyak dibandingkan dengan bale tani. Rumah adat ini mempunyai dua ruangan yang letaknya di dalam bangunan yang disebut dengan bale serta satu serambi yang dinamakan sesangkok.
Bale juga memiliki sambi yang fungsinya adalah sebagai tempat penyimpanan bahan makanan juga bermacam keperluan rumah. Sementara di bagian depan rumah terdapat sekepat serta di bagian belakang ada sekenam.
c. Berugaq Sekepat
Balai bengong adalah nama lain dari berugaq sekepat. Rumah ini dibuat karena tradisi suku Sasak yang tidak ingin menerima sembarang orang untuk masuk ke dalam rumah mereka.
Tempat yang mirip dengan saung ini fungsinya untuk menerima tamu ataupun orang asing. Selain itu, untuk meminang kekasih tempat ini bisa juga digunakan.
Rumah adat ini memiliki empat tiang yang dipakai untuk penyangga rumah yang tak berdinding ini. Jaraknya dari tanah sekitar 40-50 cm. Lantai rumah itu terbuat dari bilah bambu yang dianyam membuat tali pintai.
d. Berugaq Sekenam
Berugaq sekenam merupakan sebuah rumah adat yang dipakai untuk berkumpul keluarga serta mempelajari bermacam budaya. Keseluruhan rumah ini mempunyai enam penyangga utama yang membuat rumah kokoh berdiri. Rumah ini boleh dibilang bentuknya sangat sederhana dilengkapi dengan atap dari ilalang dan tanpa memiliki dinding.
e. Bale Bonder
Biasa dikenal luas dengan sebutan rumah bale, bale bonder bisa ditemukan di Pulau Lombok. Rumah ini dipunyai oleh suku Sasak. Pemukiman suku Sasak ini lokasinya ada di Dusun Sade yang terletak di Desa Rembitan di Kabupaten Lombok Tengah.
Kekhasan rumah ini ada pada atapnya. Sekilas bale bonder nampak seperti jamur dengan atap yang terbuat dari daun rumbia yang kering. Dibandingkan dindingnya, atap rumah ini lebih besar ukurannya. Biasanya orang harus membungkuk terlebih dulu agar dapat masuk ke dalam bale.
Dinding rumah umumnya berbahan pelepah daun yang dianyam. Namun, ada juga yang memakai papan kayu. Bentuk rumah bale seragam. Atap rumah bentuknya seperti prisma dan warnanya abu-abu tua.
Suku Sasak memiliki aturan sendiri saat membangun rumah. Mereka tak berani melanggar ketentuan karena percaya membawa takdir buruk. Selain itu, mereka juga mempunyai bale bonder yang besar. Rumah ini memiliki selasar luas yang digunakan untuk menenun kain oleh para wanita Sasak.
f. Bale Lumbung
Bale lumbung memiliki bentuk yang unik, khususnya di bagian atapnya. Desain rumah ini berupa panggung, tetapi tiangnya tak terlalu tinggi. Sementara atap rumahnya menjulang tinggi serta membentuk gambar kubah lancip.
Ternyata rumah bale lumbung tidak boleh dibangun secara sembarangan. Jarak antara atap dengan tanah harus memiliki ukuran setidaknya 1,5 – 2 meter. Dinding rumah bentuknya hampir bulat dan diameternya kurang lebih 2 meter.
Rumah bale lumbung atapnya terbuat dari daun rumbia kering yang disusun dengan rapat sekali agar tidak tak tembus oleh air hujan dan panas. Keunikan rumah ini, walaupun dari luar terlihat mungil, bagian dalamnya sangat luas.
Rumah adat ini terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama, orang bisa memasak dan di lantai kedua orang bisa beristirahat. Satu rumah bale lumbung didiami oleh satu keluarga. Rumah ini dibuat berjajar dalam pemukiman suku Sasak yang model rumahnya seragam.
Rumah adat NTB ternyata mempunyai banyak jenis. Tiap suku mempunyai kekhasannya masing-masing. Rumah-rumah tersebut memiliki filosofi yang berakar dari budaya dan agama yang mereka anut. Meskipun dibuat menggunakan bahan yang alami, rumah adat NTB ini tetap terlihat megah.
Bila kamu jalan-jalan ke Pulau Lombok atau Sumbawa, selain menikmati alamnya yang indah, kamu juga bisa menyaksikan keindahan rumah adatnya yang unik.