9 Tradisi Unik untuk Menyambut Bulan Puasa di Indonesia
Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara multikultur yang mempunyai banyak suku dan kebudayaannya. Di lain sisi mayoritas penduduknya berbagam islam. Keanekaragamanan budaya di setiap suku perlahan melebur dengan ajaran islam yang dibawa oleh para wali ke wilayah-wilayah di Indonesia.
Tradisi dan adat masing-masing suku pun mengalami perubahan seiring masuknya ajaran agama islam dan memperkaya kebudayaan Indonesia. Tradisi unik mereka menjadi hal menarik untuk ditelusuri. Oleh sebab itu, yuk kenali tradisi menarik di nusantara dalam rangka menyambut bulan puasa melalui artikel ini.
1. Dugderan di Semarang
Dugderan merupakan tradisi yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1881. Tradisi yang berbentuk pesta rakyat ini diadakan secara meriah untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Pesta rakyat yang meriah ini mempunyai beberapa rangkaian acara, misalnya berbagai tari-tarian, tabuh bedug dan karnaval.
Yang menjadi khas dari tradisi ini adalah adanya maskot Dugderan yang disebut Warak Ngendhog. Maskot ini berbentuk kambing setinggi enam meter yang memiliki kepala naga dan kulit bersisik yang dibuat dari kertas berwarna-warni. Maskot kambing ini dilengkapi dengan telur rebus.
Warak Endhog mencerminkan perpaduan kebudayaan Jawa, Cina dan Arab. Kebudayaan Cina ditunjukan oleh pemilihan hewan kambing. Kemudian, unsur kebudayaan Arab direpresentasikan oleh bulu-bulu di badan hewan berkaki empat ini.
Sementara kebudayaan Cina ditunjukan oleh pemilihan naga sebagai kepalanya. Telur rebus yang melengkapi maskot ini merupakan simbol dari pahala atau perbuatan baik. Perwujudan Warak Endhog ini memiliki pesan-pesan edukatif dan ajaran moral berlandaskan ajaran islam dan nilai harmonis di kehidupan sosial masyarakat Semarang.
2. Padusan di Klaten dan Boyolali
Di Klaten dan Boyolali ada tradisi padusan yang dilakukan secara masal. Padusan dalam Bahasa Indonesia berarti mandi atau bersuci. Tapi dalam tradisi ini padusan bermakna lebih khusus, yaitu sebagai tradisi membersihkan diri yang dilakukan sehari sebelum bulan puasa.
Ditilik dari asal katanya padusan berasal dari kata adus atau mandi. Tradisi ini biasanya diadakan di wilayah yang mempunyai mata air alami melimpah yang kerap disebut umbul. Padusan merupakan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang. Makna lebih dalam dari padusan adalah agar selama bulan puasa jiwa dan raga kita bersih dari hal-hal buruk.
Dulu, padusan dilakukan menyepi seorang diri. Tapi kini padusan menjadi sebuah tradisi mandi masal yang dilakukan di tempat terbuka. Umbul Manten yang ada di Klaten sering menjadi lokasi tradisi padusan menjelang puasa. Kolam mandi alami yang mempunyai kisah hilangnya sepasang calong pengantin ini akan selalu dikunjungi oleh warga dari pelosok kota untuk melakukan padusan menjelang bulan puasa dan setelah idul fitri.
3. Tradisi Patrol di Malang
Lain lagi di kota Malang. Di kota yang bertetangga dengan Blitar dan Kediri ini terdapat tradisi patrol yang kini sudah berubah menjadi festival kesenian perkusi.
Mulanya tradisi patrol adalah pengingat waktu sahur. Sekelompok anak muda berkeliling untuk membangunkan warga lainnya untuk makan sahur. Mereka membawa alat musik yang bisa menghasilkan bunyi-bunyian nyaring seperti kentongan, galon, ember bekas, drum bahkan gong.
Para anak muda ini membunyikan alat musik yang mereka bawa sambil berteriak “sahur! Sahur!” seirama dengan ketukan alat musik mereka.
Tradisi patrol ini kemudian mengalami perkembangan. Patrol tidak lagi sekedar media untuk membangunkan warga untuk makan sahur. Tradisi ini kini sudah dibenahi. Kini di kota Malang bermunculan kelompok musik patrol yang mempunyai alat musik yang lebih lengkap.
Mereka membawa saron, gendang, dan perangkat gamelan lainnya. Mereka berlatih secara rutin. Untuk mendukung tradisi ini, menjelang bulan Ramadhan beberapa tahun lalu, pemerintah kota malang mengadakan festival musik patrol yang dihelat besar-besaran di Jl simpang Balapan.
4. Nyadran di Daerah Jawa Tengah
Tradisi sebetulnya ada di daerah lain di Indonesia. Hanya saja penamaannya berbeda. Di daerah Jawa tradisi ini dikenal sebagai nyadran, kalau di Jawa Barat kita menyebutnya nadran.
Nyadran, Nyekar atau Nadran adalah tradisi ziarah ke makam leluhur atau anggota keluarga yang telah wafat dan menaburkan bunga di atas makamnya. Tradisi ini dilanjutkan dengan pembacaan doa dan ayat suci Al Quran bagi si mayit. Di Jawa Tengah nyadran ditutup dengan kegiatan bersantap makan bersama saudara dan kerabat keluarga.
5. Malamang dan Balimau di Sumatera Barat
Kita melancong ke pulau Sumatera. Di provinsi Sumatera Barat terdapat tradisi menyambut bulan puasa yang disebut dengan malamang. Malamang adalah kegiatan membuat lemang yang terbuat dari beras ketan hitam atau beas ketan merah atau lamang yang dimasukan ke dalam bambu.
Setelah lemang masak, selanjutnya lemang dihidangkan bersama tape ketan hitam. Malamang di Sumatera Barat tidak bisa dilakukan seorang diri. Tradisi ini dilakukan secara bergotong royong oleh kelompok masyarakat menjelang bulan puasa.
Selain tradisi malamang di Sumatera Barat terdapat pula tradisi balimau yang sama-sama dilakukan sebelum memasuki bulan puasa. Balimau mirip dengan tradisi padusan di Jawa, yakni membersihkan diri di sumber mata air alami atau pemandian khusus sebelum esoknya berpuasa.
Bedanya balimau menggunakan jeruk limau sebagai pengganti sabun. Tradisi balimau ini bertujuan untuk membersihkan diri baik secara lahir atau pun batin sebelum seseorang melaksanakan ibadah puasa.
6. Nyorog di Jakarta
Berbicara mengenai tradisi menyambut datangnya bulan puasa, kota Jakarta pun tidak kalah. Ibukota Indonesia ini mempunyai tradisi unik yang disebut nyorog. Nyorog merupakan suatu kegiatan membagi-bagikan bingkisan kepada anggota keluarga atau tetangga sebelum berpuasa.
Isi bingkisan yang biasa dibagikan dalam tradisi nyorog meliputi kue-kue, bahan makanan mentah, ikan bandeng, dan daging kerbau. Selain itu, ada pula nyorog yang isinya makanan khas Betawi. Makanan ini akan dimasukan ke dalam rantang.
7. Munggahan di Jawa Barat
Jawa Barat masyarakat Sunda merayakan datangnya bulan puasa dengan munggahan. Tradisi yang ada di seluruh daerah di Jawa Barat ini sangat popular. Seminggu sebelum puasa, topik munggahan sudah mulai santer dibicarakan.
Dilihat dari asal katanya munggahan diambil dari kata ‘unggah’ yang artinya naik sehingga mampu melakukan perubahan dalam hal kebaikan.
Kegiatan munggahan di Jawa Barat dilakukan dengan cara berkumpul dengan keluarga besar dan makan bersama. Atau ada pula yang piknik bersama anggota keluarga bersama-sama. Di dalam munggahan ada momen mushafahah sebagai salah satu persiapan diri sebelum berpuasa.
8. Megibung di Karangasem Bali
Tradisi kumpul bersama keluarga sebelum menjalankan ibadah puasa hadir pula di kota Karangasem, bali. Di kota ini tradisi ini dinamai megibung.
Tak beda dari tradisi munggahan di Jawa Barat, umat muslim di Karangasem, Bali berkumpul dan bersantap bersama keluarga besar dengan posisi duduk melingkar. Di tengah lingkaran tersebut dihidangkan berbagai macam makanan seperti nasi lengkap dengan lauk pauk dan dialasi daun pisang.
Di momen megibung, semua anggota keluarga berkumpul sambil bertukar cerita dan bersenda gurau. Di dalam tradisi yang sudah berlangsung sejak tahun 1614 saka ini terdapat istilah yang disebut dengan sele. Sele adalah orang yang bergabung dan ikut duduk Bersama.
Lalu, ada istilah gibungan yang artinya nasi dengan alas daun pisan yang dihidangkan di atas nampan atau dulang. Ada pula istilah karangan, yaitu lak pauk seperti sate, marus, padamare, urab, lawar dan berbagai jenis lauk pauk lainnya.
9. Petang Megang di Riau
Sehari sebelum menjalangkan ibadah puasa, masyarakat di Provinsi Riau sudah disibukan dengan kegiatan petang megang atau balimau kasai. Tujuan dari tradisi petang megang adalah untuk mensucikan diri sebelum keesokan harinya menjalankan ibadah puasa, mirip dengan padusan di Jawa.
Petang megang diadakan di Sungai Siak atau Sungai Kampar. Acara ini biasanya dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat, tokoh pemuka agama dan pejabat daerah. Biasanya perhelatan ini diadakan selepas Zuhur.
Rangkaian acara petang megang diawali dengan berziarah ke makam tokoh-tokoh penting di Riau dan tokoh pemuka agama kemudian dilanjutkan berziarah ke makam raja kelima dari kerajaan Siak Indrapura.
Rangkaian tradisi petang megang lainnya meliputi ziarah ke makam tokoh-tokoh penting, shalat Ashar berjamaah, proses mandi balimau (mandi menggunkan air jeruk limau sebagai pengganti sabun) dan acara hiburan lainnya.
Itu dia beberapa tradisi di nusantara dalam rangka menyambut kedatangan bulan puasa. Menarik, bukan? Masih banyak tradisi unik lainnya di beberapa tempat di nusantara yang tidak kalah seru. Kalau di tempatmu sendiri adakah tradisi unik menyambut bulan puasa?
Oh ya, jangan lupa untuk mempersiapkan diri sebelum berpuasa. Ikuti aturan yang telah diajarkan menurut syara. Selamat menjalankan ibadah puasa.