Inilah Tradisi Sahur di Berbagai Negara yang Unik

Ditulis oleh Desi Puji Lestari

Bulan Ramadhan selalu dinantikan. Berbagai tradisi yang hanya dijumpai satu tahun sekali kembali dapat dirasakan, baik tradisi saat sahur atau buka puasa. Di Indonesia sendiri sahur selalu jadi momentum yang spesial sekaligus sulit dilupakan karena beragam tradisi. Ingatan tentang sahur selalu tertuju pada suara-suara riuh di jalanan saat segerombol anak-anak, pemuda dan orang dewasa ramai-ramai membangunkan sahur.

Tradisi semacam itu rupanya tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara berpenduduk muslim lainnya juga memiliki tradisi sahur yang serupa. Ada yang menabuh gendang, meniup terompet hingga melantunkan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw. Ingin tahu informasi lebih lanjut? Mari intip tradisi sahur di berbagai negara yang unik berikut ini!

1. Nafar dan Tebbal – Maroko

Nafar dan Tebbal – Maroko

Informasi mengenai tradisi sahur di berbagai negara kita mulai dari Maroko. Umat Muslim di negara ini termasuk mayoritas karena dianut oleh 98,7% dari keseluruhan jumlah warganya. Agama Islam pertama kali masuk ke Maroko dibawa oleh Uqba ibn Nafi pada tahun 680 M. Uqba merupakan seorang jenderal di bawah Kekhalifahan Bani Umayyah. Sejak itu Islam terus berkembang di Maroko.

Pada saat Ramadhan, Maroko punya banyak tradisi unik. Salah satunya ketika sahur. Untuk membangunkan masyarakat guna bersantap sahur, seorang dengan kain kirmizi tradisional, sandal dan topi meniupkan sebuah alat musik mirip terompet tapi ramping sembari berkeliling di jalan-jalan. Orang yang melakukan itu dikenal dengan sebutan Nafar.  

Tradisi Nafar dimulai pada abad ke tujuh. Ketika itu tradisi ini dilakukan oleh salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw yang berjalan-jalan saat fajar sembari menyanyikan dan melantunkan do’a-do’a. Ketika Nafar mulai terdengar, ia disambut dengan syukur dan suka cita.

Selain Nafar, sahur di Maroko juga diramaikan oleh Tebbal atau orang yang menabuh-nabuh alat musik sejenis drum. Keduanya kerap berjalan beriringan secara sukarela membangunkan orang-orang untuk sahur. Berbalut jubah tradisional bernama gandora, mereka berkeliling kota.

Masyarakat yang merasa terbantu dan bersuka cita dengan kehadiran Nafar dan Tebbal kerap memberikan tips atau makanan untuk sahur pada mereka, terutama di malam terakhir Ramadhan. Masyarakat akan menunjukkan rasa terima kasih dengan memberikan bingkisan pada Nafar dan Tebbal. 

2. Davuls – Turki

Sumber: salamuzik.com

Turki menjadi negara selanjutnya dengan penganut Islam mayoritas. Sekitar 99,8% penduduk Turki adalah muslim. Keberadaan Islam di Turki dimulai saat peristiwa Kejatuhan Konstantinopel pada 1453 yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Al Fatih. Sejak itu pusat pemerintahan dari Kesultanan Utsmaniyah pindah ke Turki.  

Berdasarkan hal tersebut, hingga kini Islam menjadi agama yang besar di sana. Oleh karena itu, Ramadhan di negara ini tidak kalah meriah dibandingkan dengan negara muslim lainnya. Saat sahur misalnya, masyarakat Turki terbiasa dengan tradisi Davul. Menjelang waktu santap sahur setidaknya ada 2000 penabuh drum berpakaian ala Ottoman menyebar ke seluruh penjuru kota. Mereka menabuh-nabuh Davul untuk membangunkan masyarakat Turki. 

Davul sendiri merupakan alat musik perkusi tertua yang dimainkan dengan dipukul menggunakan tangan atau tongkat. Ia menjadi salah satu instrumen perkusi paling penting untuk musik dan budaya Turki. Davul kerap digunakan dalam berbagai festival atau acara pernikahan karena mengungkapkan kegembiraan. Ia juga bisa ditemui dan diperdengarkan di pemakaman sebagai ungkapan kesedihan.

3. Lodra – Albania

Lodra – AlbaniaSumber: magazine.job-like.com

Tradisi sahur di berbagai negara selanjutnya yaitu tradisi Lodra dari Albania. Ia merupakan sebuah tradisi membangunkan sahur menggunakan sebuah alat musik gendang berukuran besar. Jika di Turki masyarakatnya mengenal istilah Davul, di Albania istilah Lodra lebih akrab di telinga. Walau berbeda nama, dua alat musik tersebut adalah sama.

Penganut Islam di Albanian, utamanya yang tinggal di Kota Shkoder memiliki tradisi Ramadhan yang unik, termasuk tradisi sahur. Selama satu bulan mereka akan turun ke jalanan sembari memukul-mukul Lodra. Jika tidak mereka akan mengundang para pemain Lodra selama satu bulan dengan imbalan sejumlah uang atau ajakan makan sahur bersama. 

Para pemain Lodra yang dimaksud biasanya adalah masyarakat Gipsi. Mereka memainkan Lodra dengan cara memukul dua bagian Lodra menggunakan dua stik yang berbeda. Stik pertama dari kayu, stik kedua seperti dari ranting. Hasilnya suara atau irama yang terdengar pun berbeda. 

4. Mesaharati – Mesir

Mesaharati – Mesir

Tradisi Mesaharati sebenarnya tidak hanya akrab di kalangan masyarakat muslim Mesir. Mereka yang tinggal di Tunisia, Libya, Suriah, Sudan, Tunisia, Yaman dan Maroko juga mengenal tradisi ini. Mesaharati adalah sebutan untuk seseorang yang membangunkan umat Islam pada malam Ramadhan guna santap sahur. Mereka biasanya membawa seruling atau drum dan memainkannya sepanjang jalan.

Keberadaan tradisi Mesaharati sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Orang pertama yang melakukannya adalah Bilal ibn Rabah. Sejak itu, Mesaharati mendapatkan kedudukan yang tinggi. Setelah Bilal, tradisi ini dilakukan turun-temurun.

Salah satu generasi Mesaharati paling awal adalah Anabsa atau Antaba ibn Ishaq. Antaba pergi dari Fustat ke Masjid Amr ibn al-Asa dan membangunkan orang-orang untuk sahur. Antaba membangunkan mereka sembari mengatakan, “Wahai hamba Allah lakukanlah sahur, karena ada berkah di dalam sahur.”

Selama periode Abbasiyah, Mesaharati menyanyikan sebuah puisi sepanjang malam Ramadhan yang disebut Al-Quma. Di Mesir sendiri, seorang Mesaharati berkeliling menjelajahi jalanan Kairo membawa sebuah drum kecil dan memukul-mukulnya.  Tak lupa sebuah lentera turut dibawa sebagai penerang jalan. Dalam menjalankan tugas, biasanya Mesaharati juga mengetuk pintu setiap rumah yang dia lewati.

5. Sehriwala – India

Sehriwala – IndiaSumber: timesofindia.indiatimes.com

Tradisi sahur di berbagai negara selanjutnya datang dari India. Anda akan menemukan sebuah kebiasaan yang sangat unik ini di Old Delhi. Sehriwala merupakan sebuah tradisi sahur yang berasal dari warisan Bangsa Mughal, yaitu umat Islam pertama di India. Ia dikenal juga dengan nama Zohridaar dan menjadi fitur tidak terpisahkan dari momen Ramadhan di India sejak berabad-abad lalu.

Di zaman sekarang, saat alarm canggih dan modern semakin menjamur, tradisi ini sekuat tenaga masih dipertahankan. Bagi mereka yang tetap menjalankan tradisi ini menganggap bahwa Sehriwala adalah pekerjaan yang penting karena memanggil dan menyerukan umat untuk datang kepada Allah.

Sehriwala atau Zhoridaar akan berkeliling kota ketika jam semakin dekat menunjukkan waktu sahur. Mereka berjalan sembari menyanyikan puji-pujian terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw. Saat berkeliling, Sehriwala biasanya akan membawa tongkat yang digunakan untuk mengetok-ketok pintu atau dinding rumah para penduduk yang mereka lewati. Tujuannya tentu saja agar mereka bangun dan dapat segera menyiapkan santap sahur.

Dilihat dari tugas dan kesiapannya, tidak berlebihan jika menyebut para Sehriwala atau Zhoridaar ini sebagai pahlawan di bulan Ramadhan untuk umat muslim India. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kini mereka menggunakan bantuan microphones dan audio sistem. Namun, tetap saja jumlah Sehriwala semakin menurun. Keberadaannya tergantikan oleh alat-alat yang lebih canggih serta modern.

6. Musharati – Palestine

Musharati – PalestineSumber: kumparan.com

Musharati merupakan sebutan yang diberikan kepada orang yang berkeliling rumah, berjalan sembari menabuh gendang untuk membangunkan sahur. Musharati menjadi tradisi sahur yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Paletina. 

Gendang yang digunakan dalam tradisi ini berukuran cukup besar. Selain itu, seorang Musharati biasanya menggunakan pakaian tradisional saat melakukan tugasnya. Tradisi sahur yang berlangsung di Paletina ini bisa dilakukan oleh satu atau dua orang. 

Beberapa tradisi sahur di berbagai negara yang terangkum dalam artikel ini memperlihatkan keanekaragaman suka cita umat muslim di dunia dalam menjalankan puasa Ramadhan. Meski sebagian tradisi mulai punah karena kemajuan zaman, sebagiannya lagi tetap dipertahankan. Menarik ya? Siapa yang sudah siap keliling kampung membangunkan orang-orang untuk sahur?

Kategori:
Tag:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram