10 Upacara Adat Jawa Barat yang Masih Lestari Hingga Kini
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam budaya dan tradisi. Perwujudan budayanya beragam, dari mulai seni tari, musik, pertunjukan juga upacara adat. Salah satu upacara adat Jawa Barat yang sering disaksikan adalah upacara seren taun yang dilaksanakan di Cigugur, Kuningan juga Ciptagelar, Sukabumi.
Upacara adat yang dimiliki oleh Jawa Barat tak hanya seren taun. Masih ada lagi upacara adat lainnya yang juga menarik untuk disaksikan. Berikut ini adalah 10 upacara adat Jawa Barat yang bisa kamu ikuti.
1. Upacara Adat Ngalaksa
Upacara adat ngalaksa merupakan salah satu upacara adat Jawa Barat diadakan setiap bulan Juni di saat musim panen. Pada saat upacara adat ini akan disajikan tarian rengkong yang diiringi oleh tarian ngalaksa.
Rengkong adalah nama sebuah alat yang digunakan untuk membawa padi dari sawah dengan cara dipikul. Alat ini dibuat menggunakan bambu gombong. Tali ijuk digunakan untuk mengikat padi.
Ketika digunakan untuk memikul padi, alat ini bisa menghasilkan suara sebagai akibat gesekan bambu dengan tali ijuk. Kabarnya suara yang dihasilkan dari alat tersebut menarik untuk didengarkan hingga muncul ide untuk menjadikannya suatu pertunjukan.
Ketika orang-orang berjalan ke arah lumbung padi, lubang pada rengkong menghasilkan suara yang mempunyai ritme yang sama seperti suara mereka yang berjalan mengikuti upacara ngalaksa.
Upacara adat Jawa Barat ini digelar oleh Masyarakat Rancakalong selama 1 minggu secara terus-menerus dengan diiringi oleh seni tradisional tarawangsa. Acara adat ini umumnya dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur mereka kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mereka bersyukur atas kesuksesan juga keberhasilan panen yang dapatkan. Ungkapan syukur tersebut mereka bahasakan ke dalam berbagai tarian tradisional.
2. Upacara Hajat Sasih Kampung Naga
Di daerah Kampung Naga, Tasikmalaya terdapat sebuah upacara adat Jawa Barat yang disebut dengan upacara hajat sasih Kampung Naga. Upacara adat ini adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta RasulNya, Nabi Muhammad SAW.
Mereka bersyukur karena sudah diberikan keselamatan, keberhasilan juga limpahan hasil bumi dan tanah yang subur. Upacara ini juga merupakan penghormatan kepada leluhur mereka, yaitu Eyang Singaparna.
Beliau dianggap sebagai cikal bakal adanya Kampung Naga yang memunculkan orang Sanaga. Upacara yang terbilang besar ini diikuti oleh warga Sanaga. Beberapa aktivitas yang dilakukan di antaranya yaitu mengganti pagar bambu yang berada di sekeliling bumi ageung.
Kegiatan lainnya yaitu mencuci benda-benda pusaka, lalu beberesih atau bersih-bersih dengan mandi di Sungai Ciwulan, kemudian membersihkan makam Eyang Singaparna. Tak ketinggalan mereka juga bersalaman dengan kuncen serta makan bersama yang diadakan di balai patemon.
3. Upacara ke Makam Karomah
Upacara adat Jawa Barat ini berupa ziarah ke makam yang berada di Kampung Dukuh. Pelaksanaan ziarah ke makam karomah dilakukan tiap hari Sabtu. Bagi tamu yang datang untuk berziarah, mereka diharapkan datang ke Kampung Dukuh pada hari Jum'at atau hari-hari sebelumnya.
Sementara bagi tamu yang datang pada hari-hari sebelum Sabtu, misalnya Rabu, Kamis, atau Jum'at, mereka harus menunggu hingga hari Sabtu, khususnya tamu yang berasal dari tempat yang jauh atau dari luar Provinsi Jawa Barat.
Sementara untuk tamu-tamu yang berasal dari daerah yang dekat, terkadang mereka datang pada Sabtu pagi tepat di waktu ziarah. Setibanya di Kampung Dukuh, para tamu langsung menuju rumah kuncen untuk menyebutkan maksud kedatangan mereka.
Saat malam hari para tamu yang menginap di rumah kuncen akan diberikan penjelasan mengenai asal muasal Karomah, Kampung Dukuh, juga adat istiadat di Kampung Dukuh, kemudian diteruskan dengan pembacaan salawat.
Pada hari Sabtu pagi, para peziarah berkumpul di rumah kuncen untuk mendengarkan beberapa penjelasan dari kuncen mengenai melaksanakan ziarah.
4. Upacara Bubur Syura (Syuro)
Upacara bubur syura di Jawa Barat ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hari Asyura, yaitu hari peringatan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husein, pada peristiwa di Karbala. Tradisi ini diselenggarakan oleh penduduk Cirebon tiap 10 Muharam.
Tradisi ini dihubungkan dengan peristiwa Nabi Nuh. Akan tetapi, dalam praktiknya dihubungkan juga dengan Nyi Pohaci Sanghyang Sri, yaitu Dewi Kesuburan. Masyarakat yakin kalau upacara adat ini bisa mendatangkan kesejahteraan juga ketentraman.
Upacara ini dilaksanakannya bisa di bagian luar rumah warga yang dipercaya bisa menyelenggarakan upacara ini, di lapangan, di pinggir sungai, atau di lokasi lain yang diputuskan oleh para pelaku upacara. Untuk melaksanakan upacara ini diperlukan beragam anggaran dan perlengkapan.
Perlengkapan yang disediakan di antaranya benda keramat, sesajen, peralatan pembuat bubur, kesenian, dan pastinya lokasi upacaranya.
5. Upacara Ngirab atau Rebo Wekasan
Upacara adat Jawa Barat ini memiliki nilai religius. Ngirab yang juga biasa disebut Rebo Wekasan ini dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Sungai Drajat, Cirebon. Tradisi ini ditandai dengan kegiatan berziarah ke makam Sunan Kalijaga.
Acara ziarah ini dilaksanakan pada hari Rabu minggu terakhir di bulan Shafar. Ada dasar untuk penentuan waktu ziarah ini, yakni pemilihan hari Rabu dianggap sebagai hari terbaik yang bisa melenyapkan bala juga kesialan dalam kehidupan.
6. Upacara Ngalungsur Pusaka
Umumnya upacara ngalungsur pusaka ditemukan di daerah Garut. Tradisi upacara adat Jawa Barat ini dipimpin oleh seorang kuncen atau juru kunci. Upacara ini adalah bukti bahwa penduduk setempat masih melestarikan juga melaksanakan tradisi leluhurnya.
Upacara adat ini juga memperkenalkan keberadaan benda-benda pusaka yang menjadi peninggalan Sunan Rohmat Suci. Pada upacara tradisional ini, para pengunjung yang hadir bisa menyaksikan proses pencucian beragam pusaka.
Beragam benda pusaka yang disucikan tersebut adalah sebuah simbol konduite dan perjuangan Sunan Rohmat Kudus ketika memperjuangkan Islam saat beliau hidup. Pada zaman dahulu wilayah Jawa memang merupakan tempat penyebaran dakwah Islam.
7. Upacara Seren Tahun
Upacara adat seren taun diselenggarakan setiap bulan Agustus tiap tahunnya. Ini adalah upacara ritual penyerahan hasil bumi dalam bentuk padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun. Padi tersebut kemudian disimpan di ‘leuit’, yaitu lumbung padi.
Tujuan diadakannya upacara seren taun ini yakni sebagai ungkapan rasa syukur juga rasa hormat, dan ungkapan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa serta Dewi Sri untuk panen yang sudah mereka peroleh selama satu tahun ini.
Di hari penyelenggaraan upacara ini, pengunjung akan menyaksikan barisan peserta upacara yang pergi dari sebuah lapangan terbuka secara bersama-sama menuju ke depan leuit Si Jimat.
Barisan peserta tersebut adalah ujungan atau gebotan, pembawa pare bapa juga pare indung, juru rajah, para pemungut ceceran padi, pembawa rengkong juga alat-alat lembur. Acara ini diiringi kesenian tradisional yakni toleat, jipeng, dogdog lojor, ujungan, dan angklung gubrag.
Acara adat ini dimulai dengan ‘ngukus’, yakni membakar kemenyan, lalu diteruskan dengan ‘ngadiukeun pare’, yaitu memasukkan padi ke dalam lumbung padi atau leuit. Ini dilakukan oleh Abah serta Ema Anom, kemudian pembantu utama Abah dan Istri, juga dua orang saksi.
Upacara seren taun merupakan tradisi upacara ritual yang memiliki banyak nilai filosofis serta kearifan masyarakat di dalamnya.
8. Upacara Mapag Sri
Upacara adat Jawa Barat yang bernama upacara mapag sri ini merupakan upacara ritual lokal yang unik. Keunikannya yaitu walaupun upacara ini mengikuti nilai agama Islam, tapi terasa percampuran adat tradisi Sunda kunonya masih sangat kental.
Pelaksanaan upacara ini yaitu setiap bulan Agustus dan ini adalah ungkapan syukur untuk keberhasilan hasil tani yang diperoleh. Upacara ini juga diselenggarakan sebagai upaya untuk memelihara hubungan juga mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Pada upacara ini simbol Dewi Sri Upacara ini diarak mengelilingi kampung dengan dibarengi oleh beragam atraksi kesenian. Sesudah itu, diselenggarakan pagelaran wayang kulit Purwa yang lakonnya adalah lakon Sulanjana, yaitu cerita mengenai asal-usul padi
Selesai pergelaran acara diteruskan dengan selamatan dan perebutan air yang asalnya dari tujuh mata air. Air ini dipercaya oleh masyarakat sebagai obat untuk berbagai penyakit juga tolak bala.
9. Upacara Nadran
Upacara nadran adalah upacara adat Jawa Barat mengenai sedekah laut. Nadran asal katanya dari bahasa Arab “nadar” yang berarti syukuran. Adapun maksud dari penyelenggaraan upacara nadran ini yaitu sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan kepada Tuhan YME.
Mereka berterima kasih untuk hasil ikan yang mereka peroleh dan memohon supaya di masa depan mereka bisa mendapatkan hasil lebih banyak lagi. Selain itu, upacara ini juga untuk menghormati leluhur yang dipercaya sebagai cikal bakal keberadaan ikan di laut yakni Bedug Basu.
Upacara ini juga untuk meminta keselamatan supaya nelayan bisa terhindar dari gangguan para roh halus yang jahat. Dalam upacara ini diselenggarakan pagelaran wayang kulit yang bercerita tentang lakon Bedug Basu atau Rajanya Ikan.
Ada juga kesenian sandiwara yang mengisahkan cerita rakyat setempat. Biasanya upacara nadran di Sungai Buntu dilaksanakan di bulan Juni selama dua minggu.
10. Upacara Labuh Saji
Upacara adat ini hidup dan berkembang di daerah Pelabuhan Ratu Sukabumi. Ini adalah perwujudan nyata dari perilaku masyarakat yang begitu menjunjung tinggi leluhur-leluhur mereka. Upacara labuh saji yang diselenggarakan oleh masyarakat nelayan setempat.
Ini adalah ungkapan syukur mereka kepada Tuhan yang menganugerahkan kesejahteraan di dalam kehidupan mereka. Upacara labuh saji adalah tradisi turun-temurun dari masyarakat nelayan Pelabuhan Ratu.
Mereka memberikan penghormatan pada seorang putri yang bernama Nyi Putri Mayangsagara untuk perhatiannya pada kesejahteraan nelayan. Mayangsagara melakukan labuh saji sejak abad ke-15 sebagai tradisi tahunan untuk mempersembahkan bingkisan pada Nyi Roro Kidul.
Dahulu Nyi Roro Kidul diyakini sebagai penguasa dari laut selatan. Mayangsagara menyelenggarakan upacara ini supaya rakyatnya bisa mendapat kesejahteraan dari pekerjaannya sebagai nelayan.
Nah, itulah 10 upacara adat Jawa Barat yang diselenggarakan di berbagai daerah di provinsi ini. Ada upacara adat yang dilakukan di Garut, Kampung Dukuh juga Kuningan. Acaranya pun bermacam-macam, ada yang melarung ke laut dan ada juga yang menyimpan padi di lumbung. Semuanya memiliki filosofinya masing-masing.
Jika kamu senang dengan event budaya, jangan lewatkan beragam upacara adat ini. Selain mengasyikkan, kamu juga bisa sekaligus belajar tentang budayanya.