Yuk Jalan-Jalan Ke Taman Hutan Raya Djuanda Bandung
Salah satu cara menghilangkan penat di akhir pekan adalah dengan refreshing ke alam bebas. Nah, bagi Anda yang tinggal atau memiliki rencana untuk berwisata ke Bandung, ada satu objek wisata alam menarik di daerah utara Bandung bernama Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. Djuanda.
Taman Hutan Raya Djuanda ini terletak di kawasan Dago Pakar, sekitar 7 km dari pusat kota Bandung. Di sini Anda bisa mendapatkan udara segar dan suasana alam yang jauh dari hiruk pikuk kota. Salah satu objek yang paling banyak dikunjungi di sini adalah Goa Belanda, Goa Jepang, dan Curug Omas.
Akses Jalan
Untuk menjangkau tempat ini Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Untuk kendaraan pribadi Anda dapat langsung masuk dan memarkirkannya di area pintu gerbang. Tarif parkir sepeda motor adalah Rp 5000, dan untuk mobil saya kurang tahu.
Biasanya Anda akan ditagih lagi biaya parkir tambahan ketika akan pulang sekitar Rp 2000. Saya tidak tahu apakah itu resmi atau liar, namun tampaknya itu cuma tukang parkir liar. Anda juga bisa masuk ke dalam dengan sepeda motor, namun harus melalui pintu gerbang yang kedua.
Sedangkan jika menggunakan kendaraan umum, terdapat 2 angkot yang melewatinya. Yang pertama adalah angkot Ciroyom – Ciburial. Angkot ini berwarna hijau-putih dan biasanya ngetem di Simpang Dago. Sementara angkot yang kedua adalah Dago – Caringin yang berwarna oranye. Angkot ini biasa melewati Jalan Suci, Pahlawan, dan Cikutra.
Jika menaiki kedua angkot tersebut, Anda harus turun di pertigaan menuju Tahura Djuanda. Patokannya ada minimarket di dekat pertigaan tersebut. Dari sana Anda bisa naik ojek atau berjalan kaki sekitar 500 meter hingga gerbang Tahura.
Area Tahura
Jika telah sampai ke gerbang Tahura, Anda harus membeli karcis terlebih dahulu seharga Rp 10.000 plus Rp 1000 untuk asuransi. Tapi untuk warga asing beda lagi, harga karcisnya kalo tidak salah sekitar Rp 70.000. Entahlah kenapa bisa beda begitu, mungkin dikiranya orang asing itu banyak duit kali ya.. hahaha..
Setelah masuk Anda akan melihat beberapa papan petunjuk dan juga peta dari Tahura Djuanda yang sangat luas. Di sana juga terdapat beberapa spot yang ditumbuhi pohon pinus dan sangat cocok untuk sesi pemotretan pre-wedding dan sejenisnya.
Di sini juga terdapat berbagai macam koleksi flora dan fauna. Beberapa waktu yang lalu juga ada bunga bangkai yang sedang tumbuh. Sayangnya saat saya ke sana bunganya belum mekar. Konon di area Tahura ini terdapat 2 bunga bangkai yang ditanam sejak tahun 2007 yang lalu. Salah satunya baru saja mekar pada bulan Februari 2015 kemarin.
Bagi Anda yang membawa anak-anak, di sini juga terdapat arena permainan yang cukup lengkap seperti ayunan, flying fox, perosotan, dan lainnya. Sedangkan bagi orang dewasa terdapat arena outbond yang cukup menantang. Namun untuk menggunakannya Anda harus meminta izin terlebih dahulu dari pengelola Tahura.
Beberapa objek lainnya yang bisa Anda temui di sini adalah Waduk PLTA, Monumen Djuanda, panggung terbuka, dan museum. Jika lelah, maka di sekitar area ini juga sudah disediakan beberapa saung dan juga warung makan.
Goa Jepang dan Goa Belanda
Sekitar 200 meter dari pintu gerbang Anda akan sampai di Goa Jepang. Konon, goa ini dulunya dijadikan sebagai tempat persembunyian para penjajah. Goa ini sendiri dibuat oleh para rakyat Indonesia yang saat itu dijadikan sebagai Romusha.
Goa Jepang ini memiliki 4 buah pintu masuk, akan tetapi di dalamnya cukup banyak cabang seperti labirin. Jika ingin masuk pastikan Anda membawa alat penerangan karena di dalamnya sangat gelap. Anda juga bisa menyewa senter seharga Rp 3000 dari tukang senter yang banyak berkeliaran di sekitar goa.
Setelah puas di Goa Jepang, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Goa Belanda yang jaraknya sekitar 500 meter. Di sepanjang perjalanan Anda akan melihat berbagai pemandangan indah dan juga koleksi flora yang beraneka ragam seperti bunga terompet, pohon sosis, dan lainnya. Di pinggir jalan juga biasanya terdapat warung, penjual air lahang (aren), surabi, bandros, dan semacamnya.
Ketika sampai di Goa Belanda, Anda akan disambut dengan ruang terbuka yang cukup luas di depannya. Di sini warung, mushola, dan juga toilet. Terkadang beberapa monyet juga turun untuk meminta makanan dari para pengunjung.
Goa Belanda ini bentuknya paralel sehingga Anda tidak akan tersesat ketika berkeliling di dalamnya. Goa ini juga lebih rapi dibandingkan dengan Goa Jepang. Goa Belanda ini sering dijadikan sebagai tempat uji nyali di salah satu acara stasiun televisi swasta. Konon di Goa ini ada satu kata yang tidak boleh diucapkan karena akan membuat marah para penunggunya.
Goa Belanda memiliki jalur tembus ke belakang. Dari sana Anda bisa melanjutkan perjalanan ke berbagai objek lainnya seperti penangkaran rusa dan Curug Omas. Jika malas berjalan kaki, maka terdapat ojek yang menawarkan tarif Rp 20.000 hingga ke Curug Omas Maribaya.
Penangkaran Rusa
Setelah Goa Belanda, perjalanan selanjutnya adalah menuju penangkaran rusa. Jarak dari Goa Belanda hingga penangkaran rusa adalah sekitar 2,5 km. Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi oleh trek yang naik turun serta puluhan pohon Mahoni Uganda di kanan-kirinya. Jika lelah, maka setiap setelah tanjakan terjal akan ada semacam halte untuk beristirahat.
Trek yang dilalui sudah dilapisi dengan paving block sehingga tampak cukup rapi. Namun jika musim hujan biasanya sering becek bahkan terdapat beberapa longsoran seperti yang saya alami beberapa waktu yang lalu. Pastikan sehari sebelumnya tidak ada hujan deras agar tidak terlalu banyak trek yang becek.
Setelah berjalan sekitar 2 km, Anda akan melihat papan petunjuk ke arah penangkaran rusa. Sebelum masuk ke sana, Anda harus melewati terlebih dahulu sebuah bendungan yang merupakan bagian dari PLTA. di dekat bendungan juga terdapat peternakan lebah yang cukup banyak.
Beberapa meter dari situ Anda akan melihat sebuah penangkaran rusa yang cukup luas. Rusa yang ada di dalamnya juga cukup banyak, dari yang kecil hingga besar. Anda bisa memberik makan rusa-rusa tersebut dengan rumput yang ada di sekitarnya. Jika ingin beristirahat, maka di sana juga terdapat sebuah saung yang cukup besar.
Menuju Curug Omas Maribaya
Dari penangkaran rusa kita bisa melanjutkan kembali perjalan menuju Curug Omas Maribaya yang berjarak sekitar 2 km. Sepanjang perjalanan Anda juga akan ditemani kembali dengan trek yang naik turun serta pohon-pohon Mahoni Uganda.
Selama perjalanan Anda juga bisa mampir terlebih dahulu ke objek-objek lainnya seperti Curug Lalay, Batu Batik Dayang Sumbi, dan lainnya. Anda juga akan menemukan beberapa warung yang menjajakan makanan, namun warung-warung tersebut biasanya hanya buka di hari minggu saja.
Ketika tiba di Curug Omas, terdapat dua jembatan yang bisa Anda lalui. Yang pertama adalah jembatan gantung di atas air terjun. Sedangkan yang kedua adalah jembatan besar yang ada di bawah air terjun. Jika ingin mengabadikan foto air terjun, maka pilihlah jembatan yang di bawah tersebut.
Di bawah jembatan tersebut Anda juga akan melihat pusaran air yang berasal dari pertemuan dua sungai besar. Sayangnya, kebersihan air sungainya sangat buruk sehingga Anda akan melihat banyak sampah mengambang di sana.
Di Curug Omas ini terdapat area lapang yang cocok untuk bersantai. Biasanya ada ibu-ibu yang menawarkan tikar untuk disewa. Terkadang jika sedang ramai, maka monyet-monyet pun banyak yang turun dan meminta makanan.
Jika perut sudah mulai terasa lapar, sederetan warung sudah siap menyuguhkan aneka makanan. Di sana Anda dapat memesan nasi timbel, mie goreng, jagung bakar, ketan bakar, dan lainnya. Beberapa panganan khas Bandung seperti bajigur dan bandrek juga dapat menjadi pilihan Anda untuk bersantai.
Jika sudah merasa puas, Anda dapat pulang dengan melewati trek yang tadi menuju ke gerbang utama Taman Hutan Raya Djuanda kembali. Jika tidak Anda bisa keluar melewati gerbang maribaya yang berjarak sekitar 200 meter dari Curug Omas tersebut. Selamat berlibur!