Aneka Pakaian Adat Sulawesi Tenggara dari 3 Suku Berbeda

Ditulis oleh Desi Puji Lestari

Pakaian adat Sulawesi Tenggara menjadi satu dari baju tradisional yang dimiliki oleh Sulawesi. Secara umum, pakaian adat dari wilayah ini dibedakan berdasarkan suku-suku yang ada di sana. Setidaknya ada tiga suku, yaitu Suku Tolaki, Suku Buton dan Suku Muna. Pakaian tradisional dari tiga suku tersebut mewakili keunikan budaya yang dimiliki Sulawesi Tenggara.

Kekuatan pakaian adat dari Sulawesi Tenggara salah satunya tampak pada bentuk-bentuk mahkota yang dipakai oleh kaum perempuannya. Hiasan berwarna emas dengan bentuk yang beraneka rupa benar-benar cantik dan menarik mata. Penasaran dan sudah tidak sabar untuk melihat kecantikan pakaian adat dari Sultra? Simak penjelasannya berikut ini!

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara – Adat Tolaki

Pakaian adat Tolaki sebagai bagian dari pakaian adat Sulawesi Tenggara dimiliki oleh Suku Tolaki yang sebagian besar mendiami wilayah Konawe dan Kendari. Dulu sebelum marak penggunaan kain, masyarakat Tolaki menggunakan kulit kayu atau dalam bahasa setempat disebut fuya takinawo, sebagai bahan pakaian mereka.

Jenis kayu yang seratnya bisa diproses menjadi sandang di antaranya adalah kulit kayu o’toho, kayu Tipulu dan kayu Kawoo. Tradisi membuat pakaian dari kulit kayu ini sudah dimulai sejak abad 5 sebelum masehi. Penggunaan kapas untuk membuat bahan pakaian hanya dilakukan oleh para bangsawan, sementara rakyat biasa memakai pakaian dari kulit kayu.

Suku Tolaki mengenal dua jenis pakaian, yaitu pakaian harian dan pakaian untuk kepentingan upacara. Khusus untuk pakaian yang digunakan saat upacara, ia dilengkapi dengan berbagai perhiasan. Masyarakat Suku Tolaki juga mengenal kain tenun berkat pengaruh dari Suku Bugis pada masa Mokole Maago.

Secara umum, pakaian adat Tolaki dibedakan menjadi pakaian yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan. Di antara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar. Seperti apa perbedaan yang dimaksud? Berikut informasinya untuk Anda!

1. Pakaian Adat Tolaki untuk Laki-laki

Kaum laki-laki Suku Tolaki memakai busana adat yang disebut Babu Nggawi Langgai. Pakaian adat tersebut terdiri atas baju berlengan panjang dengan belahan di bagian tengah. Baju tersebut tanpa kancing dan dihias menggunakan manik-manik berwarna emas pada bagian leher, lengan dan belahan tersebut. Baju ini juga dilengkapi sulaman yang disebut babu ngginasamani.

Untuk bagian bawah, laki-laki Suku Tolaki menggunakan celana panjang yang disebut saluaro ala atau saluaro mendoa. Celana tersebut dilengkapi suleper atau ikat pinggang dari logam dan ikat kepala berhias manik-manik dan benang emas berbentuk runcing yang disebut pabele.

Tidak ketinggalan pula sapu tangan berwarna cerah yang senada dengan warna pakaian. Sapu tangan tersebut dinamakan sapu ndobo mungai. Selain itu masih ada keris yang tidak boleh ketinggalan. Dalam budaya Sulawesi, keris atau Leko adalah senjata tradisional yang dipakai untuk melindungi diri.

2. Pakaian Adat Tolaki untuk Perempuan

Pakaian Adat Tolaki untuk PerempuanSumber: instagram.com

Pakaian adat Tolaki untuk perempuan disebut Babu Nggawi. Baju tradisional ini terdiri atas dua potong, yaitu atasan yang disebut Lipa Hinoru dan bawahan berupa rok yang disebut Roo Mendaa. Rok yang dipakai memiliki panjang hingga mata kaki, tak lupa dihiasi manik-manik emas pada bagian depan.

Dalam rok tersebut terdapat sebuah motif yang merupakan khas Suku Tolaki. Motif yang dimaksud adalah motif pinetobo, pineburu mblaku, dan pinesewu. Pakaian adat Tolaki yang dipakai oleh perempuan dalam berbagai kesempatan, salah satunya pernikahan, dilengkapi dengan perhiasan dan aksesori.

Anda akan melihat mereka mengenakan anting atau dalam bahasa setempat disebut andi-andi, kalung eno-eno, gelang tangan atau disebut bolosu dan alas kaki atau solop. Bagian kepala pun tidak luput dari hiasan, yakni sanggul berbentuk bunga di bagian atas yang berwarna emas dan tampak mewah.

Suku Tolaki sendiri memiliki sub-suku, yaitu Tolaki Mekongga atau disebut Suku Kolaka. Suku Kolaka juga punya pakaian khasnya sendiri. Hal paling cantik dan membuat baju tradisional Suku Kolaka tampil menawan adalah bentuk mahkota menyerupai burung yang seperti sedang mengepakkan sayapnya.

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara – Adat Buton

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara – Adat ButonSumber: instagram.com

Pakaian adat Buton menjadi salah satu produk budaya kebanggaan masyarakat Suku Buton yang ada di Sulawesi Tenggara. Pada umumnya baju tradisional dari Buton ini memiliki dua warna, yaitu hitam dan putih. Walau pada perkembangannya, warna-warna tersebut berkembang dan menjadi sangat bervariasi.

Baju adat Suku Buton memiliki warna senada untuk satu pasangnya. Baju bawahan dan atasan punya warna serta motif yang sama. Warna pada baju Buton mengandung makna yang berhubungan dengan proses antara kejadian alam dan manusia dan penggolongan status di masyarakat.

Selain itu, aksesori pelengkap dari segi jumlah, bentuk dan warna juga bisa menjadi penanda status seseorang. Secara umum, pakaian adat Suku Buton dibedakan menjadi pakaian untuk laki-laki dan perempuan. Pakaian-pakaian tersebut dibagi lagi sesuai kebutuhan. Apa saja kebutuhan yang dimaksud? Berikut ulasannya untuk Anda!

1. Pakaian Adat Buton untuk Laki-laki

Pakaian adat Buton pada dasarnya hanya terdiri atas ikat kepala serta sarung berwarna biru . Namun, seiring perkembangan, warna pada pakaian tradisional Suku Buton bisa bermacam-macam. Ciri khas yang mudah dikenali adalah terdapat rumbai dari manik-manik pada bagian ikat pinggang atau kobekena tanga serta ikat kepala berupa kain yang dilipat-lipat.

Pakaian adat Suku Buton yang digunakan oleh laki-laki sebenarnya tidak hanya satu macam. Ketika seorang anak laki-laki Suku Buton dikhitan, dia akan mengenakan pakaian bernama baju Ajo Tandaki. Begitu pun saat laki-laki Suku Buton akan memasuki kehidupan pernikahan.

Baju Ajo Tandaki khas dengan corak hitam yang dipakai dengan cara dililitkan ke tubuh pemakainya; mirip dengan baju ihram saat berhaji. Saat memakai baju ini, terdapat aksesori pelengkap berupa tandaki atau sejenis mahkota, ikat pinggang dan keris.

Selain Ajo Tandaki, ada juga Ajo Bantea. Pakaian ini khusus digunakan oleh putra bangsawan yang belum memangku sebuah jabatan khusus di Kesultanan Buton. Baju Ajo Bantea terdiri atas celana panjang atau sala arabu yang ditambah kampurui bewe patawala dan keris, serta sarung.

Baju tradisional Suku Buton bagi laki-laki selanjutnya bernama baju Balahadada. Baju adat ini berwarna hitam yang melambangkan keterbukaan para pejabat terkait dengan kebenaran serta kesejahteraan. Hal ini dibuktikan dengan pengambilan keputusan secara musyawarah dan kesepakatan.

Baju Balahadada dipakai bersamaan dengan celana, sarung, destar atau ikat kepala, ikat pinggang dan bio ogena atau sarung besar. Ia juga dilengkapi dengan aksesori berupa hiasan yang disimpan di bagian pinggang bernama pasamani.

2. Pakaian Adat Buton untuk Perempuan

Pakaian adat Sulawesi Tenggara berupa baju adat Suku Buton yang dipakai oleh pihak perempuan setidaknya dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu baju Kombo, Kabaroko, Kambowa dan Kalambe. Baju Kombo sendiri adalah pakaian kebesaran bagi kaum perempuan Suku Buton.

Pakaian tersebut terbuat dari kain satin berwarna putih yang melambangkan kesucian, harapan atas kesejahteraan dan kesuburan. Baju adat Kombo dipercantik menggunakan manik-manik, benang perak atau emas dan berbagai aksesori. Untuk bawahan, ia dipasangkan dengan sarung besar atau bia ogena

Kemudian ada baju Kabaroko, yaitu pakaian yang digunakan sebagai simbol status sosial di masyarakat. Ia sekaligus bermakna sebuah kewajiban dan tanggungjawab atas kesejahteraan dan keselamatan hidup bermasyarakat dan perlindungan terhadap hak yang dimiliki seorang perempuan.

Kabaroko biasanya dibuat tanpa kerah yang dilengkapi berbagai aksesori serta hiasan. Anda akan menemukan kancing logam sebanyak empat buah di bagian leher sebelah kanan dan tujuh buah kancing yang dipasangkan di lengan baju. Untuk penggunaannya, Kabaroko dipasangkan dengan sarung berwarna putih di bagian dalam dan hitam di luar yang disebut Samasili Kumbaea atau Bia-bia Itanu. Semakin banyak lapisan yang dipakai, semakin tinggi status sosialnya.

Selanjutnya ada pakaian Kambowa yang terlihat seperti potongan baju ponco tanpa kerah. Baju ini digunakan oleh kaum ibu, anak-anak atau gadis saat menghadiri upacara adat atau pakaian sehari-hari. Baju tersebut dipadankan dengan bawahan berupa kain sarung.

Terakhir, baju adat Suku Buton yang dipakai kaum perempuan yaitu Kalambe. Baju ini dipakai para gadis remaja dalam upacara Posuo yang digelar ketika mereka mulai menginjak dewasa. Saat memakai baju ini, tak lupa dipakaikan juga gelang manik-manik di tangan kiri. Kalambe dilengkapi dengan sarung, ikat pinggang, perhiasan emas, dan hiasan sanggul menyerupai bunga cempaka.

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara – Adat Muna

Pakaian adat Muna menjadi kebanggaan masyarakat Suku Muna. Baju tradisional ini kerap dipakai untuk acara-acara penting seperti pernikahan atau upacara adat. Nama ‘Muna’ sendiri berasal dari kata ‘Wuna’ yang dalam bahasa Sulawesi berarti bunga.

Pakaian adat Muna dibuat melalui setidaknya dua macam proses, yaitu menghani atau membuat atau memilih helaian benang untuk  dijadikan lungsi yang kemudian disimpan pada alat tenun dan menenun itu sendiri. Baju adat Muna memiliki fungsi sosial, estetik, etik dan religius. Pada tiap-tiap bagiannya juga melambangkan sesuatu. Secara garis besar, pakaian adat Muna dibedakan menjadi pakaian yang dipakai oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan. Berikut penjelasannya untuk Anda!

1. Pakaian Adat Muna untuk Laki-laki

Kaum laki-laki Suku Muna menggunakan busana adat yang disebut Ngginamasani atau baju dengan desain seperti jas lengkap dengan hiasan. Baju tersebut dilengkapi dengan ikat kepala atau kampurui dan kopiah atau songko. Untuk bawahan, mereka mengenakan celana yang dilengkapi sarung atau bheta, ikat pinggang dari logam yang disebut sul epe dan destar.

Selain itu, ada juga baju keseharian laki-laki Muna yang berlengan pendek dan berwarna putih. Khusus untuk pakaian sehari-hari ini, ikat pinggang yang dipakai berupa logam dan berguna untuk mengikat serta menaruh senjata tajam. Sementara itu, sarung yang dipakai bermotif geometris berwarna merah.  

2. Pakaian Adat Muna untuk Perempuan

Untuk sehari-hari, kaum perempuan Suku Muna mengenakan baju berlengan pendek yang dinamakan kuta kutango. Baju tersebut dihias dengan sesuatu berwarna kuning emas. Kemudian ada baju badhu simpulan kagogo dan bheta. Baju-baju tersebut tersedia dalam lengan pendek atau panjang. Bahan untuk membuat ketiga baju tersebut umumnya dari satin berwarna merah atau biru.

Pada bagian bawah, perempuan Suku Muna mengenakan sarung atau rok warna putih yang dipakai dengan cara dililitkan. Sarung tersebut biasanya terdiri atas tiga lapis. Lapis pertama berfungsi sebagai rok yang dililitkan di bagian pinggang, lapis kedua dililitkan di bagian dada dan menjuntai hingga atas lutut, sementara lapis ketiga dililitkan di tubuh bagian atas yang sekaligus diapit oleh ketiak.

Aksesori yang mereka kenakan berupa gelang kaki emas atau logam berwarna kuning dan putih. Ada juga tusuk konde, gelang tangan atau bolosu, anting atau andi andi dan kalung atau eno eno. Keberadaan aksesori tersebut menambah cantik penampilan perempuan Suku Muna.

Pakaian adat Sulawesi Tenggara sudah pasti memiliki keunikan dan kecantikan yang berbeda dengan daerah lainnya. Hal tersebut tentu tidak bisa dibandingkan karena masing-masing lahir dari budaya yang berbeda pula. Lalu, siapa terpesona dengan baju-baju adat di atas, baik dari Suku Buton, Muna dan Tolaki?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram