10 Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Masih Tersisa

Ditulis oleh Albar Fahrul Roji

Majapahit adalah salah satu kerajaan Hindu-Budha terbesar di Indonesia menurut catatan sejarah. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1293 M ini berada di tanah Jawa bagian Timur. Namanya diambil berdasarkan nama buah “maja” yang banyak tumbuh di lingkungan setempat, karena buah maja ini memiliki rasa yang pahit maka terbentuklah nama “Majapahit”.

Majapahit mengalami masa keemasan pada saat Hayam Wuruk atau Sri Rajasanagara memerintah yaitu sekitar tahun 1350-1389 M. Pada masa inilah Majapahit memperluas kekuasaannya hingga mencakup Pulau Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, Maluku dan beberapa daerah terluar yaitu Tumasik (Singapura) dan beberapa pulau di Filipina.

Setelah mengalami masa keemasan, Majapahit kemudian berangsur-angsur melemah sejak meninggalnya Hayam Wuruk pada tahun 1389 M. Faktor kemunduran dari kerajaan Majapahit ini juga dipicu oleh perebutan kekuasaan yang menyebabkan perang saudara atau yang lebih dikenal sebagai “Perang Paregreg”.

Mundurnya kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan Hindu-Budha terbesar di Indonesia ini, meninggalkan banyak sekali kisah sejarah dan peninggalan-peninggalan berharga yang hingga saat ini masih berdiri dengan gagahnya. Penasaran apa saja peninggalan dari kerajaan Majapahit? Yuk, simak pemaparannya di bawah ini!

1. Candi Tikus

Candi Tikus (Copy)

*

Peninggalan kerajaan Majapahit yang pertama adalah sebuah candi bernama “Candi Tikus” karena konon saat ditemukan candi ini merupakan sarang dari tikus-tikus liar sehingga diberi nama Candi Tikus. Candi Tikus ini terletak di Kompleks Trowulan, kurang lebih 13 km dari sebelah tenggara Mojokerto.

Candi ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1914 berdasarkan laporan temuan miniatur candi yang berada di pemakaman rakyat oleh bupati Mojokerto, R. A. A. Kromojoyo Adinegoro yang kemudian dilakukan pemugaran secara menyeluruh pada tahun 1984 hingga 1985 M.

Candi Tikus ini diperkirakan dibangun pada abad ke-13 atau 14 M melihat dari miniatur menara yang berada di Candi tersebut. Miniatur menara sendiri menjadi ciri khas arsitektur pada abad tersebut.

Bentuk bangunannya menyerupai petirtaan atau pemandian sehingga terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai fungsi candi tikus ini. Sebagian pendapat mengatakan bahwa dahulu candi ini difungsikan sebagai tempat pemandian para raja.

Pendapat lain mengatakan bahwa Candi Tikus ini dahulu berfungsi sebagai tempat penampungan air untuk disalurkan kembali pada penduduk setempat.

2. Candi Sukuh

Candi Sukuh (Copy)

*

Candi Sukuh menjadi salah satu peninggalan berharga dari kerajaan Majapahit yang ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, seorang yang diberi tugas oleh Raffles untuk mengumpulkan data-data demi kepentingan pembuatan buku berjudul “The History of Java”.

Situs Candi Sukuh yang terletak di lereng Gunung Lawu ini kemudian mengalami pemugaran pertama kali pada tahun 1928 dan mengundang banyak perhatian. Pasalnya, Candi Sukuh memiliki beberapa sudut yang tak lazim karena menggambarkan alat kelamin manusia.

Situs Candi Sukuh merupakan situs candi yang memiliki arsitektur bangunan yang sangat sederhana. Hal ini didasarkan pada 3 hal yang terjadi pada masa itu, sebagaimana argumentasi dari arkeolog terkemuka, W. F Stutterheim.

Ia menjelaskan bahwa Candi Sukuh dibangun oleh seorang pemahat kayu desa, bukan pemahat batu keraton. Yang kedua, ia berpendapat bahwa pembangunan candi ini dilaksanakan dengan tergesa-gesa dan yang ketiga, ia percaya bahwa kondisi politik menjelang runtuhnya Majapahit juga mempengaruhi.

3. Candi Brahu

Candi Brahu (Copy)

*

Candi Brahu juga menjadi peninggalan kerajaan Majapahit yang terletak di Kompleks Trowulan. Trowulan sendiri dahulu kala merupakan ibu kota dari Majapahit sehingga tak heran jika Trowulan menyimpan sejuta jejak peninggalan kerajaan Hindu-Budha terbesar di Indonesia ini.

Nama “Candi Brahu” diambil dari sebuah tempat suci bernama “Wanaru” atau “Warahu” sebagaimana yang terpapar pada Prasasti Alasantan. Menurut prasasti yang ditulis oleh Empok Sendok, Candi ini difungsikan sebagai tempat pembakaran jenazah para raja.

Namun faktanya, para peneliti tak menemukan sedikitpun abu bekas pembakaran jenazah di tempat ini. Di sekitar Candi ini masih terdapat candi-candi kecil lainnya. Saat melakukan penggalian, banyak ditemukan benda-benda kuno berupa alat upacara keagamaan yang terbuat dari logam hingga perhiasan.

4. Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu (Copy)

*

Selanjutnya ada Candi atau Gapura Bajang Ratu. Candi Bajang Ratu ini merupakan Candi yang dibangun pada abad ke-14 yang difungsikan sebagai pintu masuk ke dalam tempat suci saat memperingati kematian Raja Majapahit, Raja Jayanegara.

Nama “Bajang Ratu” ini dipercaya masyarakat setempat sebagai nama yang berkaitan dengan raja kedua Majapahit, yaitu Raja Jayanegara. Konon dahulu, Raja Jayanegara dinobatkan sebagai Raja ketika usianya masih muda atau bujang sehingga disebutlah candi ini sebagai “Bajang Ratu” atau Raja cilik.

Beberapa mitos atau kepercayaan lokal berkembang di tempat ini. Konon katanya para pejabat atau pemerintah dilarang masuk atau melewati gerbang Bajang Ratu ini karena dipercaya akan memperoleh suatu nasib buruk. Percaya atau tidak yang jelas, mitos ini telah lama berkembang di kalangan masyarakat setempat.

5. Candi Wringin Lawang

Candi Wringin Lawang (Copy)

*

Masih terletak di Trowulan, terdapat sebuah candi atau gapura besar lainnya yaitu “Candi Wringin Lawang” atau yang artinya “Pintu Beringin”. Candi Wringin Lawang tersebut terbuat dari bata merah dengan ketinggian yang cukup terjal yaitu 15,5 meter.

Candi ini merupakan pintu masuk atau gerbang menuju kompleks bangunan penting lainnya di Trowulan dengan bentuk arsitektur yang khas menyerupai gerbang yang terbelah dua.

Terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai fungsi Candi Wringin Lawang ini yang salah satunya adalah dahulu kala Candi ini berfungsi sebagai pintu masuk atau gerbang menuju tempat tinggal sang Patih Gajah Mada.

6. Candi Pari

Candi Pari (Copy)

*

Candi Pari termasuk pada peninggalan kerajaan Majapahit  yang terletak di Jawa Timur tepatnya di Desa Candi Pari, Sidoarjo. Candi ini terbuat dari batu bata dengan beberapa tambahan bahan lainnya yaitu batu andesit yang terletak di bagian tutup dan ambangnya.

Dahulu di bagian atasnya terdapat angka yang bertuliskan tahun 1293 saka atau bertepatan dengan 1371 M tepat disaat pemerintahan Hayam Wuruk. Candi Pari ini konon dibangun sebagai tempat mengenang hilangnya sahabat atau adik angkat salah satu putra Brawijaya yang menolak untuk tinggal di Keraton Majapahit.

7. Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu (Copy)

*

Selanjutnya ada peninggalan Kerajaan Majapahit berupa prasasti yang bernama “Prasasti Kudadu” atau “Prasasti Gunung Butak” sebagaimana tempat ditemukannya yaitu di lereng Gunung Butak.

Prasasti ini ditulis menggunakan aksara kawi Majapahit di atas lempengan tembaga. Di dalamnya menceritakan tentang kehidupan Raden Wijaya sebelum menjadi seorang raja. Kala itu ia tengah melarikan diri dari kejaran para prajurit Jayakatwang dan memperoleh bantuan dari para pejabat desa Kudadu.

Ketika ia berhasil menjadi Raja Majapahit, ia tak melupakan jasa-jasa yang telah diberikan oleh para pejabat kudadu dan menganugerahkan desa kudadu menjadi desa perdikan secara turun-temurun.

8. Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama (Copy)

*

Kitab Negarakertagama atau yang memiliki nama lain Kakawin Desawarnana merupakan kitab karangan Empu Prapanca yang dibuat pada tahun 1365 M. Kitab ini ditemukan kembali oleh J.L.A Brandes saat mengiring pasukan tentara KNIL di Lombok.

Kitab Negarakertagama ini berisikan tentang kehidupan Kerjaan Majapahit ketika masa pemerintahan Hayam Wuruk atau pada saat Masa Kejayaan Majapahit. Kitab ini ditulis dalam bentuk syair dan terdiri dari beberapa pupuh yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit.

9. Kitab Sutasoma

Kitab Sutasoma (Copy)

*

Tak hanya Kitab Negarakertagama saja, ada pula Kitab Sutasoma yang juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Kitab Sutasoma ini menjadi Kitab yang cukup berpengaruh terhadap Indonesia karena sebagian baitnya dijadikan sebagai semboyan negara yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.

Semboyan ini diambil dari Kitab Sutasoma karena merupakan semboyan yang tepat bagi Indonesia yang memiliki keberagaman suku, agama, bahasa dan budaya agar tetap bersatu dan tidak terpecah belah sebagaimana yang diajarkan dalam Kitab Sutasoma untuk saling bertoleransi dan berbuat baik.

10. Arca Emas Majapahit

Arca Emas Majapahit (Copy)

*

Peninggalan Kerajaan Majapahit yang terakhir adalah arca-arca mewah berbahan emas. Arca ini menggambarkan sesosok raja dan ratu yang tengah duduk bersila di atas singgasananya lengkap dengan mahkota yang agung.

Arca ini menjadi bukti bahwa Majapahit merupakan sebuah kerajaan besar yang mewah namun sayangnya, peninggalan Kerajaan Majapahit ini tidak berada di Indonesia melainkan menjadi barang koleksi museum di luar negeri tepatnya di USA dan Belanda.

Itu dia beberapa peninggalan bersejarah dari kerajaan Hindu-Budha terbesar di Indonesia dalam catatan sejarah. Peninggalan-peninggalan tersebut masih ada hingga saat ini dan menjadi situs atau benda yang dilindungi agar terjaga keasliannya sebagai peninggalan dan sumber sejarah.

Semoga informasi mengenai “Peninggalan Kerajaan Majapahit” sebagaimana yang telah kami paparkan di atas dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai penambah wawasan dan pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri dan berkuasa di Indonesia khususnya kerajaan Majapahit sebagai kerajaan yang paling berpengaruh terhadap Negara Indonesia.

Kategori:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram