Mengenal Filosofi Rumah Adat Bali Beserta Bagian-Bagiannya

Ditulis oleh Siti Hasanah

Tiap daerah di Indonesia mempunyai rumah khasnya sendiri. Misalnya ada rumah joglo di daerah Jawa Tengah, rumoh Aceh di daerah Aceh,  rumah adat kebaya di DKI Jakarta, rumah honai di Papua, rumah panjang dari Kalimantan Barat, rumah baileo dari Maluku, dan lain-lain. Bagaimana dengan Pulau Dewata Bali? Rumah adat Bali dikenal dengan nama gapura.

Dalam rumah adat pastinya terdapat unsur tradisional serta unsur filosofis. Begitu juga dengan rumah adat Bali. Rumah tradisional penduduk Bali ini pun mempunyai filosofi khusus. Berikut ini penjelasan mengenai filosofi rumah adat Bali.

Filosofi Rumah Adat Bali

Rumah adat Bali memiliki ciri khas yaitu gapura candi bentar. Gapura ini sudah menjadi ikon dan sangat memukau. Di rumah-rumah Bali terdapat dua gapura yang adalah bangunan candi sejajar. Gapura ini adalah jalan masuk menuju area halaman rumah.

Sesudah masuk melalui gapura ini, di bagian depan biasanya ada pura yang menjadi tempat ibadah umat Hindu. Gapura tersebut juga mempunyai anak tangga dan pagar besi yang terhubung satu sama lain. Posisi pura umumnya terpisah dari bangunan yang lain. 

Tiap rumah adat Bali di bagian depannya mempunyai Gapura Candi Bentar. Berdasarkan filosofi penduduk Bali, kedinamisan hidup akan bisa tercapai jika terdapat hubungan yang harmonis di antara aspek palemahan, yaitu hubungan baik, dengan pawongan, yaitu penghuni rumah, dan parahyangan

Karenanya rumah adat Bali dalam pembangunannya harus meliputi aspek yang dikenal dengan filosofi “Tri Hita Karana”. Arsitektur tradisional umumnya penuh dengan hiasan contohnya, ukiran, peralatan, serta pemberian warna. 

Ragam hias yang terdapat pada rumah tradisional Bali juga memiliki arti tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan keindahan simbol juga penyampaian komunikasi. Ragam hias tersebut dapat berupa bermacam-macam fauna yang muncul dalam perwujudan patung sebagai simbol di dalam ritual.

Di sekitar rumah-rumah di Bali juga terdapat sesajen yang diletakkan di atas wadah dari janur berisi kembang serta dupa yang menyala. Selain itu, pura juga adalah bangunan yang banyak ditemukan bahkan di pertokoan dan perkantoran.

Rumah adat di Bali dibangun menurut aturan Asta Kosala Kosali yang mungkin diibaratkan seperti Feng shui di dalam budaya Cina. Ketika membangun rumah, orang Bali akan memperhatikan ke arah mana bangunan tersebut menghadap.

Hal yang dipercaya sebagai sesuatu yang suci atau  keramat akan dibuat menghadap ke arah gunung. Hal itu karena gunung dipercaya sebagai benda keramat. Arah ini dinamakan juga dengan istilah kaja. Sementara untuk hal yang dipercaya tidak suci akan dibuat menghadap ke arah laut atau disebut kelod.

Oleh karena itu, pura desa yang dipercaya sebagai hal yang suci akan dibuat menghadap ke kaja, sementara pura dalem atau kuil yang berkaitan dengan kematian akan dibuat menghadap ke kelod.

Bagian Rumah Adat Bali

Rumah adat Bali mempunyai bagian-bagian khusus yang membuat rumah ini menjadi semakin unik dan berbeda dari kebanyakan rumah adat lain. Dari mulai penampakan luar sampai bagian belakang rumah ada bagiannya tersendiri. 

Bagian-bagian rumah adat Bali berada secara terpisah-pisah. Tiap-tiap bagian rumah mempunyai fungsi serta makna filosofisnya sendiri. Berikut ini adalah penjelasan yang terkait bagian-bagian rumah adat Bali di antaranya:

1. Angkul-Angkul

Angkul-AngkulSumber: pariwisataindonesia.id

Angkul-angkul merupakan bagian dari rumah adat Bali yang terletak paling depan yang umumnya dilengkapi dengan gapura dengan atap bergaya tradisional serta bagunan yang mirip dengan candi di bagian kanan dan kirinya.

Selain itu, atap dari angkul-angkul dipenuhi dengan ukiran artistik yang menghubungkan kedua sisi gapura hingga nampak unik. Dahulu atap ini berupa rumput kering, tapi di zaman sekarang orang sudah banyak memakai genteng untuk atapnya. 

2. Aling-Aling

Aling-Aling

Sesudah melewati angkul-angkul, bangunan selanjutnya adalah aling-aling yang berupa pembatas antara gapura dengan pekarangan. Aling-aling terlihat ini seperti balai-balai atau pos ronda.

Aling-aling selain sebagai pembatas, juga umumnya digunakan oleh pemilik rumah sebagai tempat untuk melakukan beragam aktivitas, seperti menerima tamu, mempersiapkan upacara adat, melukis, mengukir patung, atau untuk beristirahat saja.

Bagian dari rumah adat Bali ini juga umum disebut sebagai tempat suci. Keberadaan aling-aling di depan rumah dipercaya dapat memberikan energi positif untuk rumah. 

Dahulu, biasanya aling-aling diberikan hiasan berupa sulaman atau ulat-ulatan yang dibuat dari daun kelapa yang dijalin. Fungsi dari hiasan itu untuk mengusir energi negatif.

3. Pamerajan

PamerajanSumber: youtube.com

Pamerajan yang disebut juga dengan istilah pura keluarga memperlihatkan keunikan rumah adat Bali. Sebagian besar masyarakat Bali adalah pemeluk agama Hindu maka menjadi hal yang biasa jika mereka memiliki pamerajan di dalam rumah.

1 2»
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram