7 Jenis Pakaian Adat dari Sulawesi Utara dan Gorontalo
Siapa yang tak kenal keindahan Taman Laut Bunaken yang ada di Sulawesi? Destinasi populer itu berada di Provinsi Sulawesi Utara. Selain terkenal dengan taman lautnya, Sulawesi Utara juga terkenal dengan kulinernya tinutuan alias bubur Manado.
Kelezatan bubur ini sudah termasyur di Indonesia. Tak hanya itu, Sulawesi Utara juga terkenal dengan makanan uniknya, seperti kawok (tikus) dan paniki (kelelawar).
Tak hanya destinasi wisata dan kuliner, provinsi ini juga terkenal dengan budayanya. Salah satunya, selain Tari Maengket atau Tari Piso, adalah pakaian adatnya.
Seperti provinsi lain, Sulawesi Utara juga memiliki beragam pakaian adat. Pakaian adat ini juga berbeda dari provinsi lain karena memiliki ciri khasnya masing-masing. Apa saja pakaian adat Sulawesi Utara? Baca terus ulasannya di sini.
1. Pakaian Adat Bolaang Mangondow

* sumber: infosoalpelajaran.com
Salah satu suku yang mendiami daerah Sulawesi Utara adalah suku Bolaang Mongondow. Dahulu suku ini pernah membentuk sebuah kerajaan. Pakaian adat dari suku ini berhubungan erat dengan latar belakang kehidupan penduduknya di masa lalu. Salah satunya adalah strata sosial.
Pakaian adat akan memperlihatkan status sosial yang tegas. Dengan pakaian adat ini akan terlihat siapa yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Jika zaman dulu pakaian ini hanya dipakai pada acara tertentu, sekarang ini pakaian adat Bolaang Mongondow bisa digunakan kapan saja.
Model pakaian adat Bolaang Mangondow memperlihatkan pengaruh dari budaya lain, yaitu budaya Melayu. Pakaian wanita terdiri dari kebaya (salu) dan kain, sedangkan pakaian para pria terdiri dari baju atau baniang, ikat kepala, celana juga sarung.
Mereka yang berasal dari keluarga bangsawan, aksesoris yang mereka kenakan pada pakaian mereka akan terlihat berbeda. Biasanya terlihat mewah dengan warna merah mencolok atau warna emas. Bahan untuk pakaiannya sendiri diambil dari pelepah nenas atau kulit kayu.
Kemudian bahan tersebut diolah seratnya untuk selanjutnya diproses menjadi sebuah kain. Serat kayu yang digunakan tersebut disebut lanut. Setelah diolah, kemudian kain tersebut dijahit dan menjadi busana yang digunakan oleh penduduk suku Bolaang Mangondow.
2. Pakaian Adat Tonaas Wangko dan Walian Wangko

* sumber: www.jurnalsulut.com
Kedua pakaian adat ini pada dasarnya adalah pakaian para pemuka adat. Pakaian adat Tonaas Wangko merupakan pakaian yang berupa kemeja yang memiliki lengan panjang dan kerah yang tinggi. Di bagian sakunya terdapat kancing. Warna dominannya adalah hitam.
Pakaian ini memiliki hiasan berupa motif bunga padi pada leher baju, di sepanjang ujung bahu di bagian depan yang terbelah serta di ujung lengan. Baju adat ini semua motifnya memiliki warna kuning keemasan. Topi merah dengan hiasan motif bunga padi berwarna keemasan adalah pelengkapnya.
Adapun pakaian adat Walian Wangko untuk pria adalah modifikasi dari pakaian Tonaas Wangko, hanya saja bentuknya lebih panjang mirip seperti jubah. Baju yang berwarna putih berhiaskan corak bunga padi lengkap dengan topi porong nimiles yang berasal dari lilitan dua kain, merah hitam dan kuning.
Untuk wanita, pakaiannya berbentuk kebaya panjang berwarna putih atau ungu ditambah dengan kain sarong batik berwarna gelap serta topi mahkota. Selain itu, ditambahkan juga selempang berwarna merah atau kuning, selop, kalung juga sanggul.
3. Pakaian Adat Sangihe Talaud

* sumber: wadaya.rey1024.com
Pakaian adat asal Sulawesi Utara ini dibuat dari bahan serat kofo atau fami manila. Umumnya, serat kofo diambil dari serat pohon pisang. Sebelum menjadi pakaian, serat terlebih dulu ditenun kemudian dibuat agak sempit di bagian lehernya. Pakaian adat ini bernama Laku Tepu.
Untuk memakai pakaian adat ini akan dipadukan dengan aksesoris lain yang menjadi pelengkap, yaitu berupa penutup kepala yang disebut Pa Porong, rok rumbai-rumbai yang bernama Kawihu, juga selendang dan tusuk konde.