10 Upacara Adat Aceh yang Masih Ada Hingga Sekarang

Ditulis oleh Siti Hasanah

Aceh adalah provinsi paling barat di Indonesia. Provinsi ini dihuni oleh beberapa etnis yang secara umum tentu mempengaruhi kekayaan kebudayaan Aceh. Kebudayaan Provinsi Aceh banyak diwarnai oleh nuansa Islam, agama yang banyak dianut oleh penduduknya. Warna budaya, tradisi serta upacara-upacara adat Aceh tentunya menambah keunikannya tersendiri.

Dari banyaknya ragam kesenian serta budaya, upacara adat Aceh lengkap dengan ritual serta tradisinya adalah satu aspek yang begitu mengakar di dalam kehidupan masyarakat Aceh. Inilah 10 upacara adat Aceh yang tentunya menarik untuk diulas. 

1. Upacara Peusijuek

Upacara PeusijuekSumber: sumberpost.com

Peusijuek adalah salah satu upacara adat Aceh yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Aceh. Tradisi ada yang satu ini terlihat hampir sama dengan tradisi tepung mawar yang berasal dari kebudayaan Melayu.

Upacara adat peusijuek umumnya dilaksanakan di hampir semua kegiatan adat dalam kehidupan penduduk Aceh. Di kalangan penduduk pedesaan, upacara adat ini adalah upacara yang sangat umum dilaksanakan untuk hal-hal kecil sekalipun, contohnya saat membeli kendaraan baru.

Namun untuk masyarakat perkotaan yang memiliki gaya hidup yang lebih modern, upacara adat ini hanya dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan adat saja, contohnya pada prosesi adat perkawinan.

Prosesi peusijuek dalam pelaksanaannya dipimpin oleh seorang tokoh agama ataupun tokoh adat yang dituakan di dalam masyarakat. Untuk kaum laki-laki, upacara ini biasa dipimpin oleh seorang Teuku, sedangkan untuk kaum perempuan dipimpin oleh Ummi sebuatan untuk wanita yang dituakan.

Prosesi adat ini berisi doa keselamatan juga kesejahteraan bersama yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang merupakan agama yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Aceh. Oleh karena itu pemimpin peusijuek diutamakan dari kalangan yang memahami serta menguasai hukum agama.

Masyarakat Aceh mengadakan peusijuek sebagai ungkapan rasa syukur mereka untuk keselamatan serta kesuksesan dalam meraih sesuatu, bisa yang berhubungan dengan benda ataupun manusia. Semua permohonan serta rasa syukur ditujukan pada Allah untuk nikmat yang sudah diberikanNya.

2. Upacara Tulak Bala (Tolak Bala)

Upacara Tulak BalaSumber: yellsaints.com

Dalam hidup pastinya selalu ada bala yang tentunya sebisa mungkin dihindari. Tiap manusia memiliki cara yang berbeda ketika mencoba menghalau bala yang mungkin datang. Masyarakat Aceh memiliki cara unik untuk melakukan hal ini, yaitu dengan mengadakan upacara yang disebut tulak bala.

Upacara adat Aceh ini dilaksanakan berdasarkan pandangan bahwa bulan Shafar merupakan bulan panas juga banyak naasnya yang umumnya membawa bahaya. Upacara ini sering dilakukan oleh penduduk Aceh bagian Barat-Selatan terutama masyarakat Aceh Barat Daya tiap satu tahun sekali.

3. Upacara Troen U Laoet

Upacara Troen U Laoet

Troen u laoet adalah upacara adat Aceh yang mirip dengan hajat kenduri yang dilaksanakan saat musim melaut tiba. Tujuan pelaksanaan upacara adat ini yakni  sebagai ungkapan rasa syukur dan berharap supaya hasil tangkapan ikan mereka melimpah.

Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Acaranya dilaksanakan dengan mengundang tetangga terdekat mereka untuk hadir. Namun tak jarang juga tradisi ini diselenggarakan bersama dengan para nelayan lain.

4. Upacara Meugang

Upacara MeugangSumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Meugang atau disebut juga dengan makmeugang merupakan tradisi menyembelih hewan kurban berupa sapi atau kambing yang dilakukan tiga kali setiap tahunnya, yakni pada Ramadan, Idul Fitri, serta Idul Adha. 

Oleh masyarakat Aceh daging sembelihan tersebut kemudian dimasak lalu dinikmati bersama-sama dengan keluarga, kerabat, juga dibagikan pada yatim piatu. Jumlah hewan kurban yang bisa berupa sapi dan kambing tersebut jumlahnya bisa sampai ratusan. 

Warga Aceh selain menyembelih sapi dan kambing, mereka juga menyembelih bebek dan ayam. Biasanya masyarakat akan memasak daging-daging kurban tersebut di rumah kemudian dibawa ke masjid dan dinikmati bersama tetangga serta warga yang lain.

Biasanya tradisi meugang di desa diselenggarakan sehari sebelum Ramadan atau Idul Fitri. Sementara di kota, upacara ini biasanya diselenggarakan dua hari sebelumnya.

Tradisi ini dalam sejarahnya telah dilaksanakan semenjak ratusan tahun yang lalu, di era Kerajaan Aceh. Di antara 1607-1636 Masehi, saat itu Sultan Iskandar Muda memotong banyak hewan dan kemudian membagikan dagingnya secara gratis pada seluruh rakyatnya. 

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur untuk kemakmuran rakyatnya dan rasa terimakasih pada seluruh rakyatnya. Akan tetapi setelah jatuhnya Kerajaan Aceh pada tahun 1873 oleh Belanda, tradisi ini tak lagi dilaksanakan oleh para raja.

Namun karena upacara ini telah mengakar dengan kuat di dalam kehidupan penduduk Aceh, meugang secara rutin tetap diselenggarakan hingga sekarang pada kondisi apapun. Pada tiap perayaan meugang, semua keluarga akan memasak daging yang nantinya akan dinikmati oleh seisi rumah. 

Meugang mempunyai nilai religius karena dilaksanakan pada hari-hari suci umat muslim. Untuk masyarakat Aceh, semua bentuk rezeki yang didapat dalam setahun, harus disyukuri dalam bentuk upacara adat meugang ini.

5. Upacara Peutron Aneuk

Upacara Peutron AneukSumber: youtube.com

Upacara adat Aceh ini akan digelar oleh masyarakat Aceh saat kelahiran lahir anak. Peutron aneuk memang dilaksanakan untuk menyambut kehadiran sang buah hati yang baru lahir. Untuk waktu pelaksanaannya terdapat perbedaan.

Ada masyarakat yang menyelenggarakan upacara ini pada hari ke-7 sesudah kelahiran, tapi ada juga yang melaksanakannya pada hari ke-44 setelah kelahiran. Bahkan ada juga yang melakukannya sesudah bayi berumur satu tahun lebih.

1 2»
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram